Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Anak Mendengkur? Waspada OSAS

Kompas.com - 10/09/2011, 19:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Mendengkur pada orang dewasa sering mengganggu pasangan tidurnya sehingga mudah dideteksi. Sementara pada anak-anak dengkuran sering dianggap sesuatu yang terjadi karena si anak kelelahan.

Dengkuran pada anak-anak seyogianya diwaspadai. Sebab, dengkuran bisa jadi merupakan indikasi terjadinya sumbatan pernapasan saat tidur. Jika tidak ditangani dengan baik, dengkuran dapat menyebabkan komplikasi di kemudian hari, seperti hiperaktif, mengantuk di sekolah, gangguan performance (nilai) di sekolah, bahkan hingga gangguan pembuluh darah.

Demikian pidato Prof Dr dr Bambang Supriyanto SpA(K) dalam pengukuhannya sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Aula FKUI, Salemba, Jakarta, Sabtu (10/9/2011). Pidatonya berjudul "Obstructive Sleep Apnea Syndrome pada Anak: Ikhtisar Perkembangan Mutakhir".

Ia menyampaikan, mendengkur terjadi karena obstruksi atau sumbatan pada saluran pernapasan atas. Tingkatan sumbatan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar, yaitu hidung, nasofarings, dan hipofarings. Dengkuran pada anak-anak, ujar Bambang, bisa merupakan indikasi Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS).

"OSAS merupakan penyakit gangguan tidur yang berat karena obstruksi (sumbatan) jalan napas atas dengan gejala utama mendengkur (snoring)," kata Bambang.

Pria yang akrab disapa dokter Bambang itu menjelaskan, faktor risiko terjadinya OSAS pada anak antara lain dipicu oleh hipertrofi adenoid dan tonsil, disproporsi kraniofasial, obesitas, umur, jenis kelamin, dan atopi (alergi).

Hipertrofi adenoid dan tonsil merupakan keadaan yang paling sering menyebabkan OSAS pada anak. Namun, sebagian besar anak pengidap OSAS membaik setelah dilakukan adenotonsilektomi. Sedangkan pada orang dewasa, obesitas merupakan penyebab utamanya.

Manifestasi klinis OSAS terbanyak adalah mendengkur dan kesulitan bernapas pada saat tidur yang dapat terjadi secara terus-menerus (setiap tidur) ataupun hanya pada posisi tertentu.

OSAS dapat didiagnosis dengan polisomnografi (PSG), yaitu alat yang dapat merekam aktivitas anak pada saat tidur. "Dari hasil rekaman dapat dihitung frekuensi henti napasnya per jam yang dapat menentukan derajat OSAS. Nilai AHI 3-5 disebut OSAS ringan, AHI 5-10 disebut sedang, dan nilai AHI di atas 10 disebut OSAS berat," tuturnya.

Komplikasi OSAS antara lain gagal tumbuh; kelainan kardiovaskular seperti tekanan darah tinggi, aterosklerosis, dan hipertensi paru; penurunan kinerja; dan enuresis. Rasa mengantuk yang berlebihan pada siang hari dilaporkan terjadi pada 31 sampai 84 persen anak dengan OSAS.

"Keluhan lain yang dapat menyertai OSAS adalah keterlambatan perkembangan, penampilan di sekolah yang kurang baik, hiperaktivitas, sikap yang agresif, sampai pada menarik diri dari lingkungan sosial," ungkap Bambang.

Untuk anak, OSAS dapat disembuhkan dengan bedah dan media (non-bedah). OSAS juga dapat disembuhkan dengan obat dan diet pada anak dengan obesitas.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com