Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RSCM Mampu Laksanakan Laparoskopi Cangkok Ginjal

Kompas.com - 12/01/2012, 16:18 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Teknik bedah minimal invasif sebagai pencapaian ilmu pengetahun dan teknologi bidang kedokteran kini menjadi pilihan. Teknik ini sudah diaplikasikan pada beberapa cabang kedokteran. Yang terbaru adalah pengambilan organ ginjal untuk keperluan cangkok ginjal.

Keunggulan teknik laparoskopi, menurut Dr.Chaidir Mochtar, ahli urologi dari Rumah Sakit Ciptomangunkusumo (RSCM) Jakarta, adalah mengurangi luka sayatan operasi serta yang terpenting adalah mengurangi rasa nyeri dan mempercepat proses kesembuhan.

"Pemberi donor ginjal sebenarnya adalah orang yang sehat namun ia bersedia menyumbangkan ginjalnya. Dengan teknik laparoskopi proses pengambilan ginjal lebih aman dan nyeri pasca operasi jauh berkurang," paparnya.

Laparoskopi adalah teknik operasi menggunakan alat-alat berdiameter 5-12 mm untuk menggantikan tangan dokter bedah dalam melakukan prosedur bedah di dalam rongga perut. Di negara maju, sekitar 30 persen transplantasi ginjal menggunakan alat laparoskopi.

"Standar penanaman ginjalnya memang masih memakai operasi terbuka, namun sebagian besar negara memakai laparoskopi untuk mengambil ginjal dari tubuh pendonor," kata dokter yang mendalami teknik laparoskopi di Belanda ini.

Teknik laparoskopi untuk ginjal pertama kali ditemukan sejak tahun 1990-an, namun di Indonesia baru dilakukan sejak tahun 2011. Di RSCM, teknik ini sudah dilakukan sejak bulan November lalu dan sampai bulan Januari 2012 ini sudah dilakukan pada 6 pasien cangkok ginjal.

"Sebenarnya kalau untuk tindakan diagnostik dan bedah sederhana, teknik laparoskopi sudah lama dipakai dalam kedokteran urologi. Namun untuk cangkok ginjal memang baru karena akuisisi tekniknya sulit," katanya.

Dari sisi biaya, teknik bedah ini memang sedikit lebih mahal. Menurut Chaidir hal ini karena ada beberapa alat operasi yang hanya bisa digunakan satu kali. Kendati begitu, secara keseluruhan waktu produktif pasien bisa ditingkatkan karena masa penyembuhan dan perawatan di rumah sakit lebih cepat.

"Rata-rata pasien boleh pulang setelah empat hari, padahal dengan operasi terbuka minimal pasien harus dirawat selama seminggu," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com