Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agar Tak Ketergantungan Obat Penenang

Kompas.com - 23/02/2012, 08:35 WIB

KOMPAS.com - Sejak menuliskan beberapa artikel tentang bahaya penggunaan obat penenang yang termasuk golongan benzodiazepine saya banyak mendapatkan pertanyaan dari para pengguna obat ini yang kebetulan adalah penderita gangguan cemas atau depresi dengan gejala-gejala psikosomatik.

Pertanyaan mereka biasanya adalah “Mengapa dokter saya memberikan obat penenang, apakah aman dimakan dan tidak membuat ketergantungan?”, lalu lebih lanjut mereka bertanya kembali“Mengapa dokter tidak menyarankan penggunaan Alprazolam, padahal saya baca kalau obat ini sangat efektif mengatasi kecemasan dan serangan panik?”. Pertanyaan ini kemudian dilanjutkan“Kalau memang dokter tidak menyarankan, mengapa rekan dokter memakai obat golongan ini?

Pada artikel ini saya akan mencoba menjawab beberapa pertanyaan yang seringkali datang kepada saya berkaitan dengan penggunaan obat penenang golongan benzodiazepine terutama yang sangat sering diresepkan seperti jenis Alprazolam (dijual dengan merek Xanax, Alganax, Zypraz, dll).

Jangka Pendek

Pertama kali saya ingin menegaskan kembali bahwa tidak semua obat yang diberikan psikiater adalah obat penenang. Obat penenang sebenarnya hanya merujuk pada obat yang dulu dinamakan Minor Tranquilizer yang biasanya merupakan obat-obat penenang golongan benzodiazepine. Obat ini biasanya dikenal juga dengan sebutan antianxietas/anticemas. Sejak 40 tahun ditemukan, obat ini memang sangat banyak berguna bagi kondisi pasien yang mengalami kecemasan. Efektifitasnya yang baik dan keamanannya yang cukup membuat obat ini sempat menjadi primadona (bahkan sampai saat ini) diresepkan bukan hanya oleh psikiater tetapi juga oleh semua dokter di dunia.

Kerjanya yang spesifik pada sistem GABA, suatu sistem di otak yang bertanggung jawab terhadap kondisi kecemasan memang membuat obat ini sangat efektif untuk mengatasi kecemasan. Sayangnya dosis yang awalnya kecil jika tanpa kontrol ketat dari dokter yang memberi obat ini akan membuat potensi ketergantungan dan toleransi obat tetap ada. Contoh dalam keseharian adalah Alprazolam. Banyak para pasien yang sulit melepaskan diri dari obat ini awalnya memakai obat ini untuk terapi yang disarankan dokter dan dosisnya kecil. Namun karena kurangnya kontrol dan edukasi dokter yang kurang kepada pasien tentang efek obat ini, ada kecenderungan kenaikan dosis dipicu oleh keinginan pasien mendapatkan rasa nyaman yang biasanya mulai menghilang karena efek obat mulai tidak terasa pada dosis kecil (toleransi).

Rawan Ketergantungan

Beberapa tahun belakangan ini banyak penelitian menyebutkan bahwa penggunaan obat golongan ini sudah semakin tidak pada tempatnya dan sering kali disalahgunakan. Bagi negara-negara eropa dan amerika yang kebanyakan orangnya terbiasa meminum alkohol, penggunaan obat golongan benzodiazepine juga menjadi masalah.

Hal ini dikarenakan orang dengan riwayat penggunaan alkohol yang banyak (pecandu alkohol) lebih besar kemungkinannya untuk mengalami ketergantungan dan toleransi (bertambahnya dosis) akibat obat ini. Itulah mengapa hampir di semua buku teks yang membahas tentang obat golongan benzodiazepine, selalu diperingatkan akan bahaya ketergantungan yang besar pada pasien dengan riwayat penggunaan alkohol yang besar. Contoh paling gress adalah kematian Whitney Houston baru-baru ini.

Untuk mencegah hal ini sebenarnya yang disarankan adalah jika memang perlu menggunakan obat penenang maka sebaiknya dipilih obat penenang yang waktu paruhnya relatif panjang atau menengah. Hal ini karena obat penenang dengan masa waktu habis di dalam darah yang panjang lebih kurang menimbulkan efek ketergantungan dan toleransi yang cepat dibandingkan dengan obat yang dengan waktu paruh pendek/singkat. Contohnya Alprazolam lebih mudah membuat toleransi atau ketergantungan daripada Diazepam.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com