KOMPAS.com - Membicarakan kehamilan dan seluk beluknya selalu membuat saya penasaran. Selalu saja ada yang menarik, unik dan indah di dalamnya. Apalagi bila berkaitan dengan kearifan tradisi budaya Nusantara, dimana di dalamnya terkandung nilai-nilai adat istiadat lokal yang merupakan kekayaan serta warisan leluhur. Banyak nilai positif tertuang di dalamnya. Dari sana pula kemajuan ilmu pengetahuan digali pada mulanya.
Beberapa contoh tradisi yang masih dilakukan adalah pijat bayi dan ibu, perawatan spa ibu pasca bersalin, dan metode-metode relaksasi berupa gending maupun lagu-lagu dari musik tradisional bagi ibu yang akan bersalin. Bahkan di antara ilmu itu malah sempat diusung ke luar negeri dan dipelajari di sana. Misalnya tradisi lulur dari Bali dan lulur atau ratus dari Keraton Yogyakarta maupun Solo.
Saya sebagai bidan yang lahir dari tengah adat istiadat budaya lokal Nusantara Indonesia memiliki semacam kerinduan untuk terus menggali dan mengabadikan tradisi ini dalam bentuk tulisan. Bertemu dengan berbagai masyarakat dari Jawa, Sunda, Madura, Bali, Lombok, Padang, Palembang dan Flores, Batak dan sebagainya, ternyata semakin menambah wawasan saya. Dalam setiap perjalanan tugas dan bila bertemu mereka adalah sebuah perjumpaan yang memperkaya pengetahuan saya sebagai bidan.
Bicara soal “upacara adat yang dikhususkan bagi ibu hamil ” terutama selama melalui masa kehamilan sangat penting untuk kita ketahui. Mengapa? Hal ini merupakan dukungan psikologis, fisik, dan sosial yang luar biasa dan diwariskan secara turun temurun. Di dalamnya juga terkandung nilai-nilai spiritual yang disesuaikan dengan agama masing-masing. Upacara adat bagi ibu hamil juga akan memberi rasa percaya diri, menguatkan ibu dalam masa transisi perubahan peran menjadi seorang ibu, mengubah cara pandang ibu terhadap perubahan tubuh selama kehamilan, meningkatkan rasa aman dan perasaan dihargai.
Pernah saya mengadakan penelitian kecil melibat beberapa pasien ibu hamil yang datang di ruang bersalin. Dari 100 pasien yang saya tanya, keseluruhannya adalah dari Jawa dengan kriteria ibu hamil pertama kali, memiliki pekerjaan dan berdomisili di Jawa. Ternyata dari data yang saya temukan, hanya 25 ibu hamil saja yang mengalami upacara adat masih paham betul tentang adat istiadat tradisi upacara selama kehamilan. Di antara mereka adalah teman-teman bidan dan perawat di tempat saya bertugas. Walaupun demikian, mereka juga tidak mengalami semua tatacara adat istiadat tersebut secara lengkap, dan paling banyak adalah tradisi mitoni.
Selebihnya menjawab hanya tahu upacara tujuh bulanan sebanyak 45 orang, dan 30 ibu hamil lainnya mengaku sudah sibuk bekerja, tidak sempat menggelar upacara adat untuk kehamilan, tidak menganut kepercayaan tradisional, dan alasan lain mereka tinggal merantau jauh dari orang tua.
Sebenarnya upacara apa saja yang ada di Jawa, khususnya dan dikenal pula di seluruh Indonesia dengan pelaksanaan yang hampir mirip?
Upacara satu bulanan
Upacara ini sudah semakin jarang ditemukan, apalagi bagi yang tinggal di kota besar. Dalam upacara satu bulanan ini diperingati dengan membuat semacam bubur sum-sum. Bubur ini terbuat dari bahan beras dan di tepung. Selanjutnya dimasak dengan air . Sebagai pelengkap diberi kuah dua warna, yakni dari santan kelapa yang diberi sedikit garam dan satu lagi kuah warna merah yang terbuat dari gula jawa atau gula aren. Hidangan ini sebagai pertanda awal kehamilan. Biasanya dibagikan kepada tetangga kiri kanan dengan permohonan doa agar diberi kemudahan dan kelancaran dalam memulai kehamilan.
Dari pandangan kebidanan : Bubur ini sangat baik untuk ibu hamil awal, terlebih bila ada keluhan mual muntah, makanan lunak dengan kandungan manis dari gula asli akan memberi asupan kalori dan mempermudah pencernaan terutama saat ibu hamil enggan menikmati berbagai macam jenis makanan beraroma tajam. Bubur dari bahan katul yang diproses secara tradisional sangat kaya akan vitamin B1 yang dibutuhkan ibu hamil. Makan bubur ini bersama dengan para tetangga juga memberi dukungan psikologis bahwa semua orang terlibat memperhatikan dan terlebih dukungan spiritual.
Upacara dua bulanan
Pada saat peringatan usia hamil dua bulan, ibu hamil akan dibuatkan beberapa jenis sajian yang lebih komplit. Yakni nasi tumpeng, urap - urap lengkap dari sayur mayur segar. Ada beberapa aturan mengenai jenis sayuran yang dipilih dan jumlah macamnya setiap daerah mempunyai ketentuan yang beda, yang pasti jumlahnya ganjil. Untuk pelengkap sajian juga disediakan semacam jenang katul atau bubur dari katul beras, di atas jenang katul ini ditaburi dengan parutan kelapa dan parutan gula aren. Kemudian dibuatkan juga campuran dari bahan beras, santan dan gula merah yang dibungkus daun lalu dikukus. Lalu bubur berikutnya adalah bubur merah putih yang terbuat dari bahan beras. Bubur warna merah terbuat dari beras yang ditanak dengan gula merah, sedangkan bubur warna putih terbuat dari beras yang ditanak dengan santan. Cara menghidangkan adalah bubur merah lebih dulu dituang di piring lalu diatasnya dituang sedikit bubur putih.
Dalam pandangan kebidanan : Tumpeng ini merupakan salah satu cara penyajian makan bersama yang menggugah selera dan sangat baik untuk membantu meningkatkan selera makan ibu hamil, tumpeng juga memberi sebuah perlambang adanya dukungan para sanak keluarga dan tetangga untuk bersama sama mengadakan doa syukuran bagi ibu hamil. Sedangkan sayur mayur segar terutama berwarna hijau sangat baik bagi ibu hamil trimester pertama, karena dalam sayur mayur hijau terkandung asam folat alami yang berguna mencegah kecacatan pada janin. Keberadaan bubur beras yang manis sangat baik pula bagi ibu hamil yang menginginkan kudapan atau makanan selingan sebagai pembuka sebelum menyantap menu lain. Biasanya pada kehamilan awal asam lambung meningkat dan bubur tersebut menjadi hidangan pembuka yang baik.
Upacara tiga bulanan atau Madeking
Sudah agak sulit bisa menemukan upacara ini di kota besar. Saya beruntung ada sepupu teman perawat yang melakukannya. Rupanya upacara Madeking yang beberapa kali saya hadiri adalah pada kehamilan ke tiga kalinya.
Pada upacara Madeking ini dihidangkan aneka jenis makanan yang berupa ketupat lalu nasi gurih, kali ini nasi berwarna kuning dengan mencampur air kunyit saat menanak nasi dan di beri garam sedikit dan santan sebelum dikukus. Untuk lauk pauk sudah lebih lengkap dan bervariasi, ada sambal goreng ati rempela, daging sapi dan sebagai kudapan dibuatkan kue apem.
Dari pandangan kebidanan : Nasi gurih dan ketupat sebagai hidangan ibu hamil adalah salah satu cara kreatif untuk membangkitkan selera makan ibu hamil agar terpenuhi kebutuhan kalori. Kebutuhan protein sudah mulai diberikan seiring adanya peningkatan selera makan menjelang kehamilan 4 bulan. Dengan menghidangkan aneka macam daging dan cara pengolahannya. Protein sangat dibutuhkan ibu hamil untuk pembentukan organ tubuh bayi . Upacara Madeking ini juga diadakan sebagai wujud permohonan keselamatan bagi janin dalam Kandungan. Selamatan berupa doa-doa sesuai agama masing-masing.