Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Penjelasan Mengapa Peserta Kontes Pelangsingan Kembali Gemuk

Kompas.com - 04/05/2016, 14:35 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com — Riset baru menemukan penjelasan mengapa banyak orang, baik peserta reality show maupun orang biasa yang berhasil turun berat badan, mengalami kenaikan kembali. Ternyata masalahnya ada di metabolisme.

Di awal acara itu, peserta kontes penurunan berat badan memiliki metabolisme sesuai dengan ukuran tubuhnya kendati beberapa dari mereka memiliki ukuran tubuh sangat besar.

Di final, metabolisme mereka secara bermakna melambat karena penurunan berat badan lewat diet dan rutinitas olahraga. Dengan metabolisme lambat itu, tubuh mereka tidak membakar cukup kalori setiap hari untuk menjaga tubuh yang sudah mengecil itu.

Hal ini sejatinya tidak mengejutkan para ilmuwan karena studi-studi sebelumnya menemukan metabolisme kita pasti menurun setelah kita berdiet.

Namun, tetap mengejutkan, karena selama beberapa tahun ke depan, metabolisme yang menurun ini tidak pulih dan kembali ke normal sesuai dengan ukuran tubuh. Sebaliknya, metabolisme mereka melambat dan menyebabkan berat badan yang dulu jadi kembali.

Pemenang kontes The Biggest Loser musim kedelapan, Danny Cahill, mengalami perlambatan metabolisme yang amat lambat.

Cahill disebut sebagai orang yang berhasil paling banyak menurunkan bobot sepanjang penyelenggaraan kontes, dari 195 kg menjadi 87 kg. Untuk mempertahankan berat badan saat ini, 133 kg, ia harus makan 800 kalori lebih sedikit dari pria lain dengan ukuran tubuh yang sama.

Meskipun studi ini dibatasi oleh ukuran dan tak adanya kelompok kontrol, studi ini membuktikan bahwa tubuh kita berperang melawan dirinya sendiri.

"Semua teman saya minum bir dan tidak mengalami kenaikan berat badan. Saat saya mulai minum bir, saya mengalami kenaikan 5 kg. Ada sesuatu yang salah dengan tubuh saya," kata Cahill yang berusia 46 tahun itu.

Metabolisme melambat hanyalah bagian dari alasan di balik kenaikan berat badan. Peneliti juga menemukan bahwa setelah acara televisi selesai, peserta kontes memiliki kadar leptin rendah, kunci hormon yang mengontrol rasa lapar. Kekurangan zat ini membuat seseorang jadi ingin makan gila-gilaan.

Di awal acara, kontestan memiliki kadar leptin normal. Namun, di akhir acara, mereka hampir tidak memilikinya. Bahkan setelah mereka mengalami kenaikan berat kembali, kadar leptin hanyalah separuh dari awal. Ini cukup menjelaskan mengapa mereka jadi senang makan.

Satu-satunya kontestan dalam survei penelitian yang tetap langsing adalah Erinn Egbert. Ia berjuang setiap hari karena metabolisme tubuhnya membakar 552 kalori lebih sedikit dibandingkan wanita berukuran 69 kg-71 kg.

Pada 2009, ia memulai acara dengan berat 119 kg dan mengakirinya dengan bobot 80 kg. "Hal yang tak dimengerti masyarakat adalah perlakuan seperti ini mirip obat. Dua perlakuan dapat berubah menjadi makan gila-gilaan lebih dari tiga hari. Ini yang sekarang sedang saya hadapi," katanya.

"Poin kuncinya adalah ketika disorot televisi, Anda apat menurunkan banyak berat badan dan terus menjaganya selama enam tahun, tetapi Anda tak dapat lari dari realitas biologi dasar," kata Dr Michael Schwartz, peneliti obesitas dan diabetes yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

"Sepanjang berat badan masih di bawah berat badan awal, tubuh kita mencoba untuk menaikkan berat badan," katanya.

Kendati studi ini meneliti efek penurunan berat badan secara drastis, tingkat metabolik yang berubah, dan kekurangan hormon, juga terjadi orang yang mencoba menurunkan 5 kg hingga 10 kg.

Hal ini pasti tidak membuat kita yang sering berdiet jadi bersemangat, tetapi bakal membantu ilmuwan mengembangkan obat penurunan berat badan baru dan program diet yang lebih efektif untuk menjaga berat badan.

Hal positif lain, Cahill mengatakan, hal ini membantunya tidak jatuh mental dan menyalahkan diri ketika mengalami kenaikan berat badan lagi. "Rasa bersalah yang membebani jadi hilang," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com