Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/05/2016, 17:07 WIB
Lily Turangan

Penulis

KOMPAS.com - Dalam pemeriksaan kesehatan fisik tahunan, ada baiknya untuk melakukan tes A1C, yaitu tes darah untuk mengukur kadar gula darah sebelumnya. Tes ini adalah salah satu tes untuk mendiagnosa diabetes dan pradiabetes.

Pradiabetes adalah gejala yang menunjukan, bahwa tubuh memiliki metabolisme gula darah (glukosa) yang kurang baik.

Diabetes dan pradiabetes sangat lazim di AS, dengan presentase 49-52% orang memilikinya, kebanyakan bahkan tidak mengetahuinya. Itu mengapa beberapa ahli menyarankan, agar mereka yang berusia di atas usia 45 harus melakukan tes ini.

Walau secara statistik semuanya menujukan indikasi sehat (berat badan, diet, kolesterol, glukosa dan lain-lain menunjukan angka baik) dan tidak ada riwayat keluarga diabetes.

Perlu diingat bahwa "Pre" tidak selalu menyebabkan "D". Penelitian telah menunjukkan, bahwa separuh orang yang mengalami gangguan toleransi glukosa dan sekitar dua pertiga dari mereka yang memiliki gangguan glukosa (keduanya tanda-tanda prediabetes yang ditentukan oleh pengujian) tidak berubah menjadi diabetes selama 10 tahun kedepan.

Berikut adalah 7 alasannya :

 

1. Anda perlu bakteri baik dalam usus.

Memiliki lebih banyak bakteri usus yang berhubungan dengan kesehatan metabolik dapat membantu mengontrol gula darah tubuh Anda, ungkap penelitian dari University of Illinois Medical Center di Chicago.

Ketidakseimbangan mikrobiota usus Anda (triliunan mikroba yang hidup di dalam saluran pencernaan) dapat memicu peradangan. Tipe bakteri yang sehat atau dan tidak sehat dalam usus saat ini masih diidentifikasi.

Di masa depan, bakteri usus ini mungkin dapat memprediksi risiko diabetes, laporan Elena Barengolts, MD, seorang profesor kedokteran di University of Illinois College of Medicine, yang memimpin studi tersebut.

Untuk mengatasinya :
Makan lebih banyak serat mampu meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas mikroba sehat dalam usus Anda. "Nenek moyang prasejarah kita makan 135 gram per hari," kata Barengolts.

The Institute of Medicine merekomendasikan 25 gram sehari untuk wanita dan 38 gram untuk laki-laki. Menurutnya, kebanyakan orang hanya mengonsumsi serat sebanyak 15 gram.

"Saya biasa mengonsumsi sayuran mentah seperti secangkir arugula atau kangkung setiap hari agar tetap sehat." Sumber serat lain termasuk kacang-kacangan, biji-bijian, dan buah-buahan.

 

2. Hindari kebiasaan tidur larut malam.
Kurangnya tidur yang kronis merupakan faktor risiko yang diketahui untuk mereka yang terkena prediabetes dan diabetes, tetapi masih diperbolehkan untuk begadang sesekali (katakanlah, pesta atau menonton film favorit).

Peneliti Korea telah menemukan, bahwa wanita yang kerap tidur larut malam atau begadang memiliki lebih banyak lemak perut (yang meningkatkan risiko resistensi insulin) dan berisiko lebih besar terkena sindrom metabolik (konstelasi masalah kesehatan yang meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke dan diabetes) dibandingkan perempuan yang tidur lebih awal.

Meskipun, kedua kelompok ini mendapat jumlah waktu tidur yang sama yakni sekitar 7 jam setiap malam.

Menjadi “burung hantu”, ungkap penelitian, cenderung membuat kita kurang berolahraga dan merokok lebih banyak. Penelitian lainnya mengaitkan larut malam dengan indeks massa tubuh lebih tinggi (BMI) dan kebiasaan diet kurang sehat.

Untuk mengatasinya :
Usahakan untuk tidur dibawah pukul 11 malam. Tidur lebih awal juga baik untuk membatasi kegiatan yang kurang sehat seperti mengurangi asupan kafein.

Matikan segala peralatan elektronik seperti televisi, gadget dan lampu satu jam sebelum tidur (cahaya mampu mengganggu tubuh untuk tidur). Jika memang terpaksa harus begadang, coba untuk menghindari kebiasaan buruk yang seperti ngemil, malas bergerak dan merokok.

 

3. Tidak semua lemak jenuh buruk.
Siapa yang tahu jika lumba-lumba dapat mengembangkan sindrom metabolik di alam liar? Untuk mengetahui apa yang mungkin terjadi, para ilmuwan di National Marine Mammal Foundation (NMMF) di San Diego memeriksa 49 lumba-lumba yang diberikan makanan tertentu.

Ternyata lemak jenuh yang disebut asam heptadecanoic atau margaric mampu menurunkan kadar insulin, glukosa, dan trigliserida (lemak darah yang tidak sehat) normal dalam waktu 24 minggu.

Para peneliti NMMF berspekulasi bahwa kurangnya asam lemak yang bermanfaat ini dalam diet kita sendiri bisa menjadi kontributor untuk sindrom metabolik manusia.

Untuk mengatasinya :
Makan makanan yang memiliki jumlah tinggi asam heptadecanoic seperti susu, yogurt, dan mentega. Juga ikan seperti mullet, herring, makarel. Jangan lupa konsultasi dengan dokter langganan Anda, tetapi mengonsum sedikit mentega, susu atau yoghurt akan membawa manfaat bagi kesehatan.

 

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com