KOMPAS.com- Saat makan, kita kerap mengabaikan berapa kali kita mengunyah dalam sekali suapan.
Terlebih dalam kondisi terburu-buru. Seluruh makanan di piring bisa ludes dalam hitungan menit.
Makan terburu-buru disebut tidak baik bagi kesehatan. Bahkan, ada anjuran mengunyah makanan di mulut perlu 32 kali.
Banyak orang mempertanyakan, kenapa mengunyah harus 32 kali? Tidak 25 kali? Atau 33 kali?
Melansir NDTV, ide menguyah perlu 32 kali dicetuskan seorang ahli gizi asal AS bernama Horace Fletcher.
Pada 1800-an silam, sosok berjuluk "The Great Masticator" ini melakukan eksperimen yang menunjukkan pentingnya mengunyah.
Menurut penelitiannya, mengunyah 32 kali terkait dengan jumlah gigi manusia.
Mengunyah berkali-kali dapat mengubah makanan dari bertekstur padat menjadi lebih cair.
Selama mengunyah 32 kali, aneka rasa makanan yang akan masuk ke perut juga jadi lebih netral.
Baca juga: Anak Susah Makan Bikin Gizi Buruk, Atasi dengan 7 Cara Berikut
Namun, jumlah tersebut tidak dianggap angka pasti. Menurut Healthline, 32 merupakan rata-rata gigitan makanan dalam satu proses mengunyah.
Saat mengunyah makanan seperti steak atau kacang, Anda memerlukan 40 kunyahan setiap suap.
Sedangkan makanan yang lunak seperti semangka, boleh jadi makanan sudah tak tersisa begitu dikunyah 15 kali dalam setiap gigitan.
Terlepas dari keharusan berapa kalinya, mengunyah makanan merupakan langkah pertama pencernaan.
Proses mengunyah serta air liur dapat memecah dan mencampurkan makanan di mulut.
Dari sana, makanan bisa masuk ke kerongkongan saat ditelan. Kerongkongan lantas mendorong makanan ke perut.