KOMPAS.com - Banyak orang punya kebiasaan mengunyah atau makan es batu.
Setelah menyeruput segelas minuman dingin, sisa es batu yang tertinggal di dalam gelas tandas dikunyah.
Beberapa orang beranggapan, es batu terbuat dari air bersih yang dibekukan.
Sehingga tidak ada kekhawatiran karena nihil mengandung gula, pengawet, atau zat berbahaya lainnya.
Kendati demikian, es batu teksturnya cukup keras dan dapat mengiritasi jaringan lunak dalam gigi.
Melansir Medical News Today, kebiasaan makan es batu dapat merusak kesehatan gigi.
Bahan makanan yang cenderung dingin ini dapat merusak email atau lapisan putih yang melapisi dan melindungi gigi.
Walaupun email cukup kokoh, namun begitu rusak, tubuh Anda tidak dapat memperbaikinya kembali.
Kondisi email gigi yang rusak dapat menyebabkan gigi sensitif, warna gigi memudar, gigi berlubang, sampai patah.
Selain merusak lapisan enamel gigi, kebiasaan makan es batu juga bisa menimbulkan sindrom gigi retak.
Baca juga: Ngilu Sakit Gigi Terasa Sangat Mengganggu? Ini Cara Alami Mengatasinya
Melansir Hello Sehat, sindrom gigi retak sekilas tak kasat mata. Selain itu, gejalanya juga timbul dan tenggelam.
Ada kalanya, penderita sindrom gigi retak merasakan ngilu di giginya. Tak lama berselang, gejalanya menghilang begitu saja.
Walaupun tak kelihatan, keretakan gigi bisa mencapai jaringan halus pada gigi yang berisi saraf dan pembuluh darah.
Tekanan pada gigi yang kuat seperti saat makan es batu, dapat membuka retakan tersebut dan mengiritasi pulpa.
Akibatnya, gigi jadi lebih sensitif pada makanan atau minuman yang suhu dan rasanya ekstrem.