KOMPAS.com - Untuk memutus mata rantai stunting, pencegahan bisa dimulai dengan memperhatikan gizi para remaja.
Salah satu penyebab stunting adalah banyaknya ibu hamil mengalami kekurangan gizi dan anemia sejak remaja. Oleh karena itu periode usia ini harus diintervensi karena dampaknya besar bagi stunting.
Pakar gizi dari Institut Pertanian Bogor, Dr.Rimbawan mengatakan di usia remaja terjadi peningkatan kebutuhan gizi.
“Di periode usia ini terjadi pertumbuhan fisik yang pesat dan pubertas,” katanya dalam acara webinar bertajuk “Bersama Cegah Stunting Melalui Aksi ABCDE” yang diadakan oleh Herbalife (27/10/2022).
Baca juga: 7 Makanan untuk Membantu Mengatasi Anemia karena Defisiensi Zat Besi
Sayangnya, menurut data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 masih banyak remaja Indonesia yang mengalami kekurangan gizi. Disebutkan 23,8 remaja putri mengalami anemia dan 8,7 persen remaja berusia 13-15 tahun termasuk dalam kategori kurus dan sangat kurus.
“Tubuh yang pendek dan kurus pada remaja putri yang menetap sampai dewasa akan menyebabkan peningkatan risiko melahirkan bayi dengan berat badan rendah atau persalinan dengan operasi caesar,” ujar Rimbawan.
Selain itu, remaja yang kurus merupakan cerminan gangguan fungsional tubuh sehingga dapat menyebabkan massa otot berkurang, kapasitas kerja rendah, hingga gangguan menstruasi.
Anemia yang terus berlanjut sampai seorang perempuan hamil akan meningkatkan risiko bayi lahir dengan berat badan lahir rendah, bayi prematur, atau beresiko tinggi tumbuh menjadi individu yang stunting.
Intervensi Kementerian Kesehatan yang difokuskan untuk mencegah stunting pada “pesan tematik ABCDE” adalah Aktif minum Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri seminggu sekali dan Ibu hamil setiap hari minimal 90 tablet selama kehamilan.
Baca juga: Tak Hanya Ibu Hamil, Remaja Putri pun Perlu Konsumsi Tablet Tambah Darah
Ketua Tim Kerja Pemberdayaan dan Penggerakan Masyarakat, Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan, Dwi Adi Maryandi, SKM, MPH, mengatakan pemberian tablet tambah darah telah menjadi program nasional dalam lima tahun terakhir.
“Selain di sekolah-sekolah umum, Kementrian Kesehatan juga bekerja sama dengan Kementrian Agama untuk program pemberian tablet tambah darah di pesantren,” kata Dwi Adi dalam acara yang sama.
Rimbawan menambahkan, selain konsumsi tablet tambah darah, yang lebih penting untuk mencegah anemia adalah konsumsi makanan yang mengandung zat besi, protein, dan vitamin C, dari pola makan sehari-hari.
“Edukasi gizi dan kesehatan pada remaja sangat penting, agar mereka dapat memilih sendiri makanan yang sehat dan aman, serta beraktivitas fisik yang cukup untuk dirinya sendiri,” kata anggota dewan penasihat nutrisi Herbalife Nutrition ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.