Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Trauma Antargenerasi dan Gejalanya

Kompas.com - 19/01/2024, 07:30 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Pola asuh orangtua dalam keluarga bukan hanya mengajarkan keteladanan dan membentuk kepribadian anaknya. Lebih dari itu, terkadang orangtua atau generasi sebelumnya juga "mewariskan trauma".

Warisan tersebut dikenal dengan istilah trauma antargenerasi (intergenerational trauma). Istilah ini merujuk pada transfer efek traumatis atau pengaruh negatif dari satu generasi ke generasi berikutnya.

"Lingkungan atau keadaan seseorang dapat mengarahkan mereka untuk berperilaku dengan cara tertentu, yang mungkin ditiru oleh anak mereka, dan siklus tersebut berlanjut dari generasi ke generasi," kata psikoterapis Hendrix Hammond yang berbasis di London, Inggris.

Konsep trauma antargenerasi pertama kali dipakai dalam konteks anak-anak dari korban holocaust.

Ketika itu psikiater di Kanada mendapati jumlah mereka terlalu banyak dalam rujukan ke klinik psikiatri pada pertengahan tahun 60an, dua dekade setelah berakhirnya Perang Dunia II.

Baca juga: 10 Langkah Healing dari Trauma

Sejak itu, istilah ini digunakan untuk menggambarkan trauma yang diwariskan dari orang-orang yang diperbudak, termasuk orang Afrika-Amerika, serta korban perang dan bencana alam.

Ilustrasi gaya pengasuhan helicopter parentingFreepik Ilustrasi gaya pengasuhan helicopter parenting

"Trauma yang dialami dari sebuah kejadian personal juga bisa diturunkan, misalnya kekerasaan atau pelecehan saat kanak-kanak," kata Hammond.

Sebagai contoh, jika seorang ibu mengalami depresi berat, kondisi itu membuatnya sulit menjalani peran pengasuhan secara sehat. Si anak kemudian akan tumbuh besar dan menganggap hubungan yang kurang lekat antara ibu dan anak adalah hal normal, dan "mewariskan" pola itu ke anaknya kelak.

Baca juga: Bagaimana Inner Child Bisa Terluka? Kenali 3 Penyebabnya

Para ahli menyebut, trauma bisa memengaruhi seseorang bertindak dari bagaimana mereka dibesarkan, apa yang mereka pelajari, dan bagaimana mereka menghadapi dunianya.

Seringkali orang yang mengalami trauma antargenerasi tidak menyadarinya, karena gejala yang dialaminya mungkin dianggap sebagai sesuatu yang normal.

Berikut adalah beberapa tanda kita memiliki trauma yang diwariskan. Walau begitu, untuk memastikannya tetap dibutuhkan bantuan psikolog atau psikiater.

1. Hubungan dalam keluarga kurang kuat
Salah satu indikator dari trauma antargenerasi adalah pola dinamika hubungan yang berulang dalam keluarga.

Misalnya saja jika ibu dan anak perempuannya kurang dekat, biasanya si ibu pun dulunya tidak memiliki ikatan kuat dengan ibunya, begitu seterusnya.

"Mungkin saja pernah ada persaingan yang membuat traumatik saat kecil, dan hal ini 'diwariskan' sehingga si ibu selalu punya kecurigaan pada anak perempuan," kata Hammond.

2. Selalu curiga pada orang
Jika pengalaman traumatik itu terjadi karena pengkhianatan atau keegoisan seseorang, maka kita akan belajar untuk curiga ke orang lain. Perasaan itu antara lain akan muncul dalam sulit percaya pada pasangan.

Baca juga: Ahli Jelaskan Cara Menjaga Kesehatan Mental Agar Depresi Tidak Kambuh

Halaman Berikutnya
Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau