KOMPAS.com – Sejumlah wilayah di dunia, termasuk Asia, berjibaku dengan suhu dan gelombang panas ekstrem pada 2023. Kondisi ini merupakan dampak dari perubahan iklim global akibat peningkatan gas rumah kaca (GRK) di atmosfer.
Di beberapa wilayah, suhu panas ekstrem tercatat melebihi 40 derajat Celcius. Di India, misalnya, mencapai 44,5 derajat Celcius. Begitu pula di Myanmar dengan suhu panas 45 derajat Celcius.
Thailand, Laos, dan China bahkan memecahkan rekor suhu tertinggi sepanjang masa negara itu pada 2023, yakni masing-masing secara berurut-urut 45,4 derajat Celcius, 43,5 derajat Celcius, dan 52,2 derajat Celcius.
Suhu panas ekstrem juga terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia. Pada Oktober 2023, suhu terpanas tercatat di Majalengka, Jawa Barat, yang mencapai 39,1 derajat Celcius.
Perubahan iklim yang parah membuat petinggi dunia menyatakan bahwa Bumi telah memasuki era pendidihan global atau global boiling. Belakangan, istilah ini digunakan untuk menggambarkan kenaikan suhu rata-rata pada atmosfer, lautan, dan daratan yang ekstrem sebagai dampak perubahan iklim.
World Meteorological Organization (WMO) memperkirakan, rata-rata suhu global pada periode 2023-2027 akan meningkat lebih dari 1,5 derajat Celcius.
Baca juga: 12 Akibat Cuaca Panas yang Berlebihan untuk Kesehatan
Secara umum, dampak global boiling hampir sama dengan global warming. Dampak ini dapat berupa peningkatan risiko sejumlah gangguan kesehatan.
Berdasarkan laporan UNICEF Innocenti Report Center (UNICEF IRC), perubahan iklim tidak hanya membuat cuaca lebih panas, tetapi juga memengaruhi kualitas udara serta air karena memicu polutan, patogen, dan parasit penyebab penyakit.
Tak hanya meningkatkan perkembangan patogen dan parasit, cuaca ekstrem juga membuat daya tahan tubuh menurun. Kondisi ini pun membuat tubuh semakin rentan terserang penyakit.
Terdapat sejumlah penyakit yang kerap kali muncul akibat cuaca ekstrem.
Pertama, batuk dan pilek. Kondisi itu juga kerap dibarengi dengan meriang, demam, dan bersin-bersin.
Batuk pilek umumnya dapat sembuh dalam waktu 3-5 hari. Namun, pancaroba atau pergantian cuaca secara ekstrem membuat perkembangan virus influenza dan rhinovirus pun semakin cepat dan kuat. Akibatnya, batuk dan pilek bertahan lebih lama, yakni hingga lebih dari 7 hari.
Kedua, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Kelompok usia anak-anak, khususnya bawah lima tahun (balita), cenderung lebih mudah terserang penyakit ini. Pasalnya, sistem imun tubuh mereka belum terbentuk secara sempurna.
ISPA biasanya muncul disertai dengan sejumlah gejala lain, seperti demam, meriang, nyeri tenggorokan, nyeri otot, batuk, mata kemerahan, dan pilek.
Baca juga: Kasus ISPA di Jabodetabek Tembus 200.000, Ini Saran Ahli...
ISPA dapat menular lewat droplet di udara yang mudah menyebar saat penderitanya batuk atau bersin tanpa menutup mulut dan hidung.
Ketiga, sakit kepala. Saat cuaca ekstrem, tekanan udara umumnya menurun dan kelembapan udara meningkat.
Cuaca dingin atau panas ekstrem dapat memicu ketidakstabilan komponen kimiawi dalam otak sehingga menimbulkan sakit kepala.
Masih menurut laporan UNICEF IRC, kelompok usia anak-anak disebut mempunyai kerentanan yang lebih tinggi terhadap perubahan lingkungan ketimbang kelompok usia lain.
Oleh sebab itu, kesehatan anak harus menjadi prioritas orangtua. Salah satu hal penting yang harus diperhatikan adalah menjaga asupan gizi seimbang. Upaya ini tak sekadar membantu meningkatkan kekebalan tubuh, tetapi juga mendukung proses tumbuh kembang mereka secara optimal.
Dokter spesialis anak, dr Kanya Ayu SpA, mengatakan, untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak, orangtua perlu memastikan asupan mikronutrien, seperti vitamin A, C, D, E, dan zink.
“Mikronutrien bisa didapatkan dari asupan makanan sehari-hari yang disajikan kepada anak. Jika anak mengalami kondisi tertentu, seperti kurang nafsu makan, picky eater, serta sakit batuk dan pilek, orangtua dapat menambah suplemen makanan yang mengandung mikronutrien tersebut,” jelas dr Kanya dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (19/1/2024).
Kebutuhan mikronutrien bisa dipenuhi dengan konsumsi buah. Salah satunya adalah goji beri. Buah bernama latin Lycium barbarum ini merupakan tumbuhan asli Asia yang sudah lama digunakan dalam pengobatan tradisional karena memiliki kandungan antioksidan tinggi.
Baca juga: Kenali Jenis Antioksidan dan Sumbernya untuk Lawan Radikal Bebas
Manfaat buah tersebut pun semakin lengkap dengan kandungan vitamin serta mineral, mulai dari vitamin A dan C, serat, zat besi, zink, kalsium, mangan, magnesium, hingga selenium.
Goji beri juga kaya akan polisakarida dan zeaxanthin yang berfungsi untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh. Buah ini juga kaya betakaroten yang penting bagi kesehatan mata, tulang, kulit, dan sel tubuh.
Buah yang memiliki rasa manis itu juga memiliki indeks glikemik rendah. Artinya, goji beri tidak menyebabkan peningkatan gula darah secara drastis sehingga aman dikonsumsi oleh penderita diabetes.
Selain membantu memenuhi kebutuhan asupan antioksidan tubuh, buah goji beri juga memberi sederet manfaat lain, khususnya bagi kesehatan anak. Berikut adalah ulasannya.
Goji beri memiliki kandungan vitamin C tinggi, bahkan melebihi jeruk. Jenis vitamin ini bermanfaat untuk melindungi tubuh anak dari bahaya infeksi virus dan bakteri.
Di tengah era digital, anak-anak kerap memanfaatkan gadget untuk bermain dan belajar. Kebiasaan berlama-lama di depan layar dapat merusak kesehatan mata anak. Bahkan, anak berpotensi mengalami rabun jauh.
Kandungan vitamin A, betakaroten, dan zeaxanthin dalam goji beri dapat membantu kinerja retina mata dalam menyerap cahaya biru yang dipancarkan oleh peralatan elektronik tersebut.
Kandungan antioksidan goji beri, khususnya polifenol dan karotenoid, berperan penting dalam pencegahan penyakit kardiovaskular, penyakit degeneratif, dan kanker. Karotenoid juga dapat melarutkan lemak penyebab obesitas.
Goji beri dapat membantu pemenuhan kebutuhan energi tubuh anak. Buah ini bisa memperkuat tulang dan meningkatkan sirkulasi darah.
Hati atau lever merupakan organ penting dalam tubuh yang berperan sebagai penetral racun. Organ ini juga bertugas mengatur hormon, membersihkan darah, dan menyimpan protein.
Goji beri sendiri dapat membantu kinerja hati. Sebab, buah ini mengandung cerebrosides dan pyroles yang dapat melindungi hati dari senyawa kimia berbahaya.
Goji beri dikenal memiliki sifat antimikrob yang dapat memperkuat saluran usus, kandung kemih, dan saluran pernapasan. Bahkan, buah ini dapat meningkatkan kesehatan kulit, gigi, dan rambut.
Itulah berbagai manfaat goji beri yang berperan penting dalam menjaga daya tahan tubuh anak, khususnya saat kondisi cuaca ekstrem.
Semua manfaat tersebut bisa didapat dengan mengonsumsi buah goji beri secara langsung, disajikan bersama yoghurt dan sereal, atau dalam bentuk suplemen, baik sirup maupun gummy.