Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilihan Pengobatan Saraf Terjepit di Leher

Kompas.com - 06/04/2024, 13:00 WIB
Rini Agustin,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Saraf terjepit juga bisa terjadi di bagian leher. Sama seperti di bagian pinggang, saraf terjepit di leher juga disebabkan karena tekanan berlebih pada saraf oleh jaringan di sekitarnya, seperti tulang dan otot.

Ada berbagai pemicu saraf terjepit di leher, misalnya saja kecelakaan, tekanan berlebihan pada leher, hingga kebiasaan menunduk dalam waktu lama seperti ketika menggunakan gadget.

Dijelaskan oleh Dr.dr. M. Wawan Mulyawan, SpBS(K), gejala utama saraf kejepit di leher adalah nyeri atau sakit leher yang tidak hilang lebih dari 4 minggu, kesemutan yang menjalar ke bagian tangan, otot tangan menjadi lemah, hingga mati rasa.

"Dalam kondisi lebih berat bisa terjadi kelumpuhan seperti genggaman tangan jadi lemah, dan yang lebih parah lagi bisa menyebabkan gangguan otonom seperti sulit buang air besar,” kata dokter bedah saraf dari Sigma Spine Brain Center RS Jakarta ini.

Baca juga: Sering Main Gadget Sambil Menunduk, Waspadai Saraf Kejepit di Leher

Pilihan pengobatan

Pertolongan pertama untuk nyeri saraf terjepit di leher adalah mengompres bagian yang nyeri dengan kompres dingin dan hangat secara bergantian. Posisi tidur juga sebaiknya tidak menggunakan bantal atau posisi bantal lebih ditinggikan.

Penggunaan obat anti-nyeri disarankan jika rasa nyeri tak terhankan. Pemijatan fisioterapi juga bisa dilakukan untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Terapi fisik dan pemakaian penyangga leher terkadang diperlukan untuk memperbaiki postur tubuh sehari-hari.

Bila nyerinya tak juga hilang, bahkan mulai terjadi kelemahan di otot tangan, segera periksakan ke dokter.

“Kalau nyeri leher dan bahu sudah 4 minggu, jangan-jangan ada saraf yang terjepit. Apabila nyeri menjalar ke tangan sampai ke jari, enggak usah menunggu 4 minggu sudah harus diperiksakan ke dokter,” ungkapnya.

Baca juga: Leher Belakang Kaku Gejala Penyakit Apa? Berikut 8 Daftarnya…

Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan untuk memastikan apakah penyebab dari nyeri itu.

Untuk kasus saraf terjepit di leher yang tergolong berat, diperlukan pembedahan. Sebab jika tak segera ditangani, saraf terjepit dapat menyebabkan bermacam-macam komplikasi kesehatan.

Komplikasi yang lebih parah adalah kerusakan saraf permanen, karena bantalan yang menonjol akan terus-terusan menekan atau menjepit saraf hingga lama-kelamaan menghentikan impuls saraf di beberapa area yang terdampak.

Metode BESS

Menurut dr.Wawan, saat ini teknologi pembedahan sudah semakin maju, termasuk dengan endoskopi memakai dua lubang atau Biportal Endoscopic Spine Surgery (BESS).

Endoskopi adalah prosedur medis yang dilakukan dengan memasukkan teropong ke dalam organ dalam. Pemeriksaan ini memungkinkan dokter untuk mendiagnosis masalah pada tubuh tanpa melakukan bedah terbuka.

“Permasalahan pada tulang belakang kini tidak harus pakai operasi konvensional atau bedah terbuka seperti dulu. Cukup bedah minimal dengan endoskopi yang sayatannya kecil dan proses pemulihan lebih cepat," katanya.

Baca juga: Bukan Saraf Terjepit, Ini Penyebab Tersering Nyeri Punggung

BESS sebagai generasi terkini dalam bidang endoskopi tulang belakang, jauh lebih unggul dibandingkan dengan yang dulu. Yaitu memiliki lapang pandang yang lebih luas dan lebih jelas sehingga dokter dapat lebih mudah menjangkau titik saraf yang dituju.

Meski pun sudah dilakukan operasi, risiko keluhan nyeri mungkin saja muncul kembali meski cukup jarang.

"Risiko kekambuhan sebenarnya cukup kecil, baik dalam hal keluhan atau anatomi yang tidak normal. Yang terpenting adalah penanangan yang tepat. Setelah operasi pun posisi leher harus dijaga agar tegak dengan mengubah kebiasaan sehari-hari," paparnya.

Ia menambahkan, dengan semakin majunya teknologi kedokteran terutama penanganan nyeri saraf, pasien harus lebih bijak memilih sarana kesehatan yang tepat, penanganan, dan juga dokter yang tepat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com