Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 10/05/2024, 05:00 WIB
Elizabeth Ayudya Ratna Rininta

Penulis

Sumber IDAI

KOMPAS.com - Tren air susu ibu (ASI) bubuk yang digaungkan seorang influencer di sosial media menjadi sorotan masyarakat. 

Untuk diketahui, ASI bubuk tersebut diolah dengan cara pengeringan beku air susu ibu melalui metode freeze-drying atau teknik lyophilization. Proses ini meliputi pembekuan ASI pada suhu ekstrim -50 derajat celsius selama 3-5 jam.

Setelah itu, dilanjutkan dengan proses mengubah ASI beku menjadi susu bubuk menggunakan teknik sublimasi atau transisi ekstraksi air selama 2 hari langsung dari bentuk padat (es) ke gas (uap air) tanpa fase cair.

Umumnya, 1 liter ASI akan menghasilkan sekitar 140 gram susu bubuk.

Baca juga: 9 Cara Alami agar ASI Banyak, Busui Perlu Tahu

Menanggapi hal ini, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjelaskan bahwa proses pembekuan dan pengeringan ASI (freeze drying) memiliki dampak pada rasa dan kualitas air susu ibu.

Ketua Satgas ASI IDAI, DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K) menjelaskan, dampak pengeringan beku pada komponen penting ASI saat ini masih belum diketahui.

Proses ini dinyatakan dapat mempertahankan struktur molekul susu, namun mengingat penggunaan suhu tinggi saat proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI.

“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata dr Naomi dalam rilis pers.

Metode freeze-drying juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya.

Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI. Dengan demikian, risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi.

Metode pembuatan ASI bubuk juga belum didukung dengan pembuktian melalui riset ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti CDC, AAP, atau FDA.

Baca juga: Apakah ASI Eksklusif Harus 6 Bulan? Ini Penjelasannya...

Untuk itu, Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia memperingatkan kepada semua pihak agar tidak gegabah mempromosikan atau memberikan freeze-dryed ASI kepada bayi, apalagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.

Zat aktif yang menjadi keunggulan ASI hilang dalam proses freeze-drying. Produk susu bubuk ini tidak steril proses pembuatannya, ditambah adanya risiko multiplikasi bakteri selama penyimpanan.

IDAI juga menyarankan agar ibu tetap berupaya menyusui langsung dari payudara untuk menjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman, dan meningkatkan ikanan orangtua dan anak.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com