PENTINGNYA regulasi Artificial Intelligence (AI) di bidang kesehatan menjadi komitmen Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dalam rilisnya "WHO outlines considerations for regulation of artificial intelligence for health" 19/10/2023 , WHO mempublikasikan pedoman regulasi AI untuk sektor kesehatan.
Publikasi ini menyatakan pentingnya membangun keamanan dan efektivitas sistem AI. AI, dengan cepat dan tepat dapat menyediakan sistem bagi mereka yang membutuhkannya.
WHO menekankan pentingnya membangun keamanan, efektivitas sistem AI, dan dengan cepat menyediakan sistem yang tepat bagi mereka yang membutuhkannya.
Kemudian mendorong dialog antarpemangku kepentingan, termasuk pengembang AI, regulator, produsen, petugas kesehatan, dan pasien.
Dengan meningkatnya ketersediaan data layanan kesehatan, dan kemajuan pesat dalam teknik analitik, baik pembelajaran mesin, berbasis logika, atau statistik, maka platform AI dapat mengubah sektor kesehatan.
WHO mengakui potensi AI dalam meningkatkan upaya di bidang kesehatan. Hal ini mencakup penguatan uji klinis, meningkatkan diagnosis medis, pengobatan, perawatan diri dan perawatan yang berpusat pada orang.
AI berperan dalam menambah pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi profesional perawatan kesehatan. AI juga bermanfaat saat terjadi situasi kekurangan spesialis medis, misalnya dalam menafsirkan pemindaian retina dan gambar radiologi.
Namun demikian, WHO nengingatkan, teknologi AI termasuk model bahasa besar yang diterapkan dengan cepat, terkadang dilakukan tanpa pemahaman penuh tentang cara kerjanya.
Hal ini bisa berupa lemahnya pemahaman apakah penggunaan AI menguntungkan, atau merugikan pengguna akhir, termasuk tenaga medis profesional dan pasien.
WHO juga mengingatkan tentang pentingnya regulasi. Mengingat pada saat menggunakan data kesehatan, sistem AI dapat memiliki akses ke informasi pribadi yang sensitif.
Hal ini memerlukan kerangka hukum dan regulasi yang kuat untuk menjaga privasi, keamanan, dan integritas.
Kita bisa menyimak pernyataan Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO. Ia menyatakan, bagi dunia kesehatan, AI sangat menjanjikan, sekaligus menjadi tantangan serius.
Termasuk pengumpulan data yang tidak etis, ancaman keamanan siber, dan bias atau misinformasi yang semakin meluas.
Untuk itulah, WHO membuat Pedoman baru ini untuk mendukung negara-negara mengatur AI secara efektif. Pedoman ini dibuat agar dunia bisa memanfaatkan potensi AI dengan baik seperti dalam pengobatan kanker, mendeteksi tuberkulosis, sekaligus meminimalkan risikonya.