Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Gejala Penyakit Kronis Sering Dianggap "Cuma Stres" Saja

Kompas.com - 29/07/2024, 12:00 WIB
Lusia Kus Anna

Editor

KOMPAS.com - Gejala-gejala stres bukan cuma memengaruhi perasaan dan pikiran, tapi juga fisik. Stres juga bisa memicu perubahan daya tahan tubuh dan peradangan.

Pada orang yang sudah menderita penyakit kronis seperti asma, penyakit jantung, atau autoimun, stres dapat memperburuk kondisinya.

Sementara itu, ada banyak gangguan kesehatan yang juga disebabkan oleh stres, seperti sakit kepala, tekanan darah tinggi, hingga heartburn.

Bagi pasien, kondisi yang tumpang tindih itu kerap membingungkan: Apakah yang dialami ini karena stres semata ataukah ada penyakit serius yang belum terdeteksi.

Seperti yang dialami oleh Amina AlTai (39). Beberapa waktu terakhir ia sering mengalami kelelahan dan sulit konsentrasi. Pada awalnya ia mengira itu karena pekerjaannya sebagai manajer marketing yang terlalu sibuk dan bikin stres.

Walau demikian, gejala Amina bertambah buruk. Berat badannya naik, lalu turun cukup banyak. Rambutnya rontok dan juga ada masalah pencernaan. Ia menyadari ada sesuatu yang salah pada tubuhnya.

Baca juga: Daftar Penyakit Kronis yang Ditanggung BPJS Kesehatan, Apa Saja?

Amina lalu berkonsultasi ke 6 dokter berbeda. Sebagian menyebut ia sehat-sehat saja dan cuma stres.

Namun, salah satu dokter memintanya cek darah dan mendiagnosisnya menderita penyakit Hashimoto dan penyakit celiac, dua penyakit automimun yang merusak tiroid dan usus halusnya.

"Dokter menghubungi saya dan meminta segera dirawat karena sudah ada gejala kerusakan organ," katanya.

Kedua penyakit itu merusak kemampuan tubuhnya mengatur hormon dan sulit menyerap vitamin dan nutrisi dari makanan.

Stres memicu penyakit kronis

Menurut penjelasan dokter jantung dan pembuluh darah Charles Hattemer, stres akan memicu respon "melawan atau tinggalkan" ketika tubuh merasa ada ancaman.

Baca juga: Apakah Stres Bisa Menyebabkan Asam Lambung Naik? Ini Penjelasannya…

Respon stres itu menyebabkan tekanan darah dan detak jantung meningkat, otot-otot menjadi tegang, dan tubuh akan mengonsentrasi gula darah agar lebih mudah bereaksi dengan cepat.

"Bila seseorang stres selama berminggu-minggu bahkan bulan, tubuhnya tidak bisa melakukan fungsi lain dengan baik, sehingga memicu kelelahan, sulit konsentrasi, dan gangguan tidur," katanya.

Hormon stres juga membuat hormon adrenalin dan kortisol meningkat yang akan merusak jantung. Tak cuma itu, stres juga menyebabkan sistem imun bereaksi berlebihan dan menyebabkan peradangan.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau