KOMPAS.com — Gangguan irama jantung, baik yang denyutnya menjadi lambat maupun cepat, sebaiknya tidak dianggap sepele. Sebab, aritmia jantung ini bisa meningkatkan risiko stroke atau kematian mendadak.
Jantung yang tidak berdenyut normal tentunya tidak mampu memompa darah secara efisien. Jika sampai aliran darah ke otak tidak mencukupi, penderita akan pingsan. Sementara itu, jantung yang berdenyut sangat cepat untuk periode yang lama dapat menjadi lemah dan mengarah pada gagal jantung kongestif.
Jenis aritmia tertentu, seperti fibrilasi aritmia, bisa mendorong terjadinya sejumlah kecil bekuan darah dalam serambi jantung. Jika salah satu atau lebih bekuan darah ini terlepas dan terbawa aliran darah memasuki otak, bisa timbul serangan stroke.
Menurut Dr dr M Munawar, SpJP (K), ahli jantung dari RS Jantung Binawaluya Jakarta, menyebutkan, ada beberapa perawatan untuk pasien aritmia. "Yang pertama adalah pemberian obat-obatan yang harus diminum setiap hari seumur hidup," katanya. Pemakaian obat ini harus dipantau oleh dokter karena bisa menimbulkan efek samping.
Untuk gangguan irama jantung yang terlalu lambat, dokter akan menanam alat pacu untuk membantu mengatur kembali detak jantung. Jika alat pacu mendeteksi denyut jantung yang terlalu lambat atau tidak ada denyut jantung, maka alat itu akan mengeluarkan listrik yang merangsang jantung untuk mempercepat atau mulai berdenyut kembali.
Ketika aritmia tidak dapat dikontrol dengan perawatan lain, dokter akan melakukan pembedahan untuk menghilangkan atau menghancurkan jaringan jantung penyebab aritmia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.