Maumere, Kompas - Kasus rabies tinggi di Nusa Tenggara Timur. Namun, vaksin antirabies sulit didapatkan. Akibatnya, jumlah kematian karena rabies tinggi.
Data Dinas Peternakan Nusa Tenggara Timur (NTT) menunjukkan, tahun 2010 kasus gigitan anjing rabies di Flores mencapai 5.073 kasus, korban jiwa 28 orang. Kasus gigitan terbanyak di Sikka, yaitu 1.349 kasus, dan korban jiwa 7 orang. Adapun kasus kematian akibat rabies tertinggi di Manggarai, yaitu 10 orang, dengan kasus gigitan 881 kasus.
Di RSUD TC Hillers Maumere, Kabupaten Sikka, menurut dokter spesialis anak RSUD itu, Mario B Nara, Rabu (10/8), sejak Januari 2011 sampai awal Agustus tercatat 5 anak penderita rabies meninggal. Semua pasien itu memiliki riwayat digigit anjing, tetapi tidak diberi vaksin antirabies (VAR). Adapun pasien dewasa, menurut dokter spesialis penyakit dalam RSUD TC Hillers, Asep Purnama, ada 2 orang yang meninggal.
Saat ini, di RSUD itu dirawat Donalson (2), warga Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, dalam kondisi kritis. Bocah itu dibawa orangtuanya ke rumah sakit setelah demam tinggi dan kejang.
”Pasien sangat gelisah, berteriak-teriak, dan sulit minum karena otot tenggorokan kaku. Kemungkinan virus rabies menyerang otak. Apalagi pasien digigit anjing di bagian wajah,” kata Mario yang dihubungi dari Ende.
Akhir Juni 2011, Donalson digigit anjing. Keluarga sudah berupaya mencari VAR ke puskesmas terdekat ataupun ke dinas kesehatan, tetapi stok VAR kosong. Ia pun dirawat seadanya untuk penyembuhan luka, sampai ia demam dan kejang.
”Disayangkan, pasien sulit mendapatkan VAR di puskesmas. Padahal, korban gigitan anjing rabies harus disuntik VAR untuk penanganan awal hingga empat kali,” kata Asep. (SEM)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.