KOMPAS.com - Kanker telah menjadi momok dalam dunia kedokteran sejak beberapa dekade lalu. Bedanya, saat ini kanker merupakan penyakit yang tergolong dapat disembuhkan. Adalah para "cancer survivor" sebutan untuk para pasien yang bisa sembuh dari kanker dan kemudian menjalani kehidupan biasa kembali. Mereka yang terselamatkan ini memang adalah orang-orang yang menderita berbagai macam jenis kanker dan melewati pengobatan yang sering kali tidak nyaman.
Pengetahuan dan teknologi kedokteran mampu meningkatkan harapan hidup pasien kanker. Sebuah sumber pustaka dari Utah Cancer Action Network (UCAN) mengatakan, tahun 1913 harapan hidup 5 tahun pasien kanker adalah 10 persen, sedangkan pada tahun 2003 harapan hidup 5 tahun pasien kanker meningkat menjadi 66 persen. Peningkatan harapan hidup menyebabkan pasien kanker hidup lebih lama. Sayangnya, belum banyak yang memperhatikan masalah kanker dari sudut psikologisnya.
Keterlibatan psikologis
Faktor psikologis pada pasien kanker dapat dilihat dari dua sudut pandang. Kepribadian seseorang sebagai faktor yang membuatnya unik dan berbeda sebagai manusia merupakan hal yang berkaitan dengan kanker. Penelitian tentang kepribadian manusia mengatakan ada suatu tipe kepribadian yang disebut Kepribadian Tipe C.
Kepribadian tipe C ini dikarakteristikan sebagai pribadi yang sering menahan atau menyangkal emosi terutama marah. Orangnya super sabar yang kelebihan dan sering selalu mengiyakan segalanya walaupun di dalam hatinya sangat bertentangan. Orang dengan kepribadian tipe C juga sering terlalu merasionalkan segala sesuatunya dan ingin selalu tampil baik dan sempurna di mata orang. Orang dengan kepribadian seperti ini tentunya sering mengalami "kelelahan mental" sehingga mudah menjadi depresi dan merasa tidak berdaya. Dikatakan jika dikombinasikan dengan faktor risiko lain, orang dengan kepribadian tipe C akan lebih berisiko menderita kanker.
Sedangkan gejala-gejala gangguan psikologis yang bisa muncul pada pasien yang sudah mengalami kanker adalah kemarahan, kecemasan, depresi, dan tidak mempunyai harapan. Kondisi ini sayangnya jika tidak ditangani dengan baik akan memperburuk kesehatan pasien kanker dan menyebabkan penurunan kualitas hidupnya. Harapan hidup pasien yang mengalami kanker dan juga mengalami gangguan psikiatrik pun biasanya lebih pendek daripada yang mampu mengatasi kondisi itu.
Marah pada diri sendiri
Perasaan marah pasien biasanya dihubungkan dengan perasaan tidak berdaya dan tidak mampu ditolong berkaitan dengan penyakit kankernya. Pasien merasa tidak nyaman dengan dirinya dan frustasi karena keadaan yang sepertinya sulit diatasi pasien. Perasaan hilangnya kemampuan mandiri juga merupakan salah satu yang ditakuti pasien sehingga meningkatkan rasa marahnya terhadap lingkungan sekitar pasien.
Kemarahan yang tidak mampu dihadapi dengan baik ini dapat mengarah kepada kondisi selanjutnya yang mulai menandakan tanda-tanda depresi. Pasien biasanya semakin kehilangan harapan dan malas melakukan hubungan dengan orang lain. Isolasi diri dan menjauhkan diri dari pergaulan adalah salah satu cirinya. Selain itu gejala fisik sulit tidur dan hilangnya nafsu makan merupakan gejala depresi yang memperberat kondisi fisik pasien kanker. Secara nyata pasien malas melakukan hubungan kontak mata, kehilangan motivasi dalam perawatan dan merasa lelah yang berkepanjangan.
Gejala depresi juga sering dibarengi dengan gejala-gejala kecemasan yang dirasakan pasien sebagai gejala yang berkaitan dengan peningkatan aktifitas sistem saraf otonom. Pasien menjadi sering mengalami jantung berdebar, sesak napas dan rasa kelelahan karena tegang yang berlebihan. Kecemasan juga sering dikaitkan dengan perasaan ketakutan akan hilangnya integrasi diri dalam artian yang paling sempit sekalipun seperti hilangnya kepercayaan diri karena memiliki tubuh yang tidak sempurna.
Penanganan holistik
Penanganan menyeluruh dari segi fisik dan psikologis sangat penting dalam penanganan pasien kanker. Pertama yang harus dilakukan terapis yang berhubungan dengan pasien kanker adalah membantu pasien mengenali gejala-gejala psikologisnya. Hal ini dilakukan karena pasien sering kali menyangkal adanya masalah tersebut dalam dirinya. Pengenalan gejala yang baik akan membantu proses terapi psikologis selanjutnya.
Terapis baik dari kalangan psikiater atau psikolog klinis perlu untuk memberikan dukungan agar pasien mampu mengekspresikan emosinya. Terapis juga disarankan untuk melibatkan keluarga terdekat sebagai sistem dukungan untuk pasien. Hal ini perlu dilakukan untuk membuat pasien merasa mempunyai dukungan yang bisa menemaninya dalam perjalanan penyakitnya. Dalam perawatan pasien kanker di rumah sakit khusus, pasien juga bisa diikutsertakan dalam terapi kelompok bersama dengan para penderita kanker yang lain. Hal ini untuk membuat pasien tidak merasa sendiri dan terisolasi.
Nyeri kanker adalah bagian dari penyakit kanker yang sering membuat penderitaan yang nyata pada pasien. Psikiater sebagai orang yang mengerti fisiologis medis akan sangat baik jika mampu ikut memberikan terapi psikologis tentang cara mekanisme adaptasi pasien terhadap nyeri kankernya.
Terapis sebagai orang yang membantu proses terapi psikologis pasien kanker perlu mendasarkan terapinya pada empati dan kasih sayang. Fokus yang mendalam pada kehidupan pasien dan bagaimana pengaruh kanker pada kehidupan pasien sehari-hari merupakan hal yang perlu dipahami oleh terapis dalam prakteknya sehari-hari. Ini juga ditambah dengan mengusahakan pendekatan spiritual yang paling nyaman untuk pasien. Jangan lupa untuk melibatkan keluarga dalam mendukung semua ini. Intinya adalah kerjasama yang baik antara semua faktor dalam kehidupan pasien sehingga harapan hidup lebih lama dan berkualitas bukanlah mustahil dialami oleh pasien kanker.
Salam Sehat Jiwa.
Tulisan ini pernah dimuat di Harian Suara Pembaruan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.