KOMPAS.com - Kehilangan atau kesulitan pendengaran akan mempengaruhi daya tangkap dan kemampuan bersosialisasi. Mereka yang pendengarannya terganggu akan sulit memahami pembicaraan atau instruksi yang diberikan. Hal itu akan memengaruhi hubungan sosial, kinerja, dan daya kognitif yang buruk. Tuli biasanya dimulai dengan hilangnya pendengaran.
Sebuah penelitian yang dilakukan tim dari Columbia University Medical Center menyatakan, remaja yang mengalami obesitas lebih besar kemungkinannya mengalami kehilangan pendengaran. Sementara remaja yang bertubuh langsing, kemungkinannya lebih kecil.
Hasil studi menyatakan, remaja dengan obesitas berisiko kehilangan pendengaran di semua frekuensi. Frekuensi pendengaran manusia dibagi 3 yaitu frekuensi infrasonik, dengan rentang 0-20 Hz, frekuensi audible 20-20.000 Hz, dan frekuensi ultrasonik, dengan rentang > 20.000 Hz. Mereka juga lebih berpeluang mengalami kehilangan pendengaran pada satu telinga.
Penelitian ini menganalisa data 1.500 responden remaja dari National Health and Nutrition Examination Survey. Survei dilakukan oleh National Center for Health Statistics of the Centers for Disease Control and Prevention terhadap remaja usia 12-19 tahun pada 2005-2006.
Wawancara dilakukan di rumah meliputi sejarah kesehatan, kondisi kesehatan, penggunaan obat, rokok, sosal ekonomi, dan berbagai faktor demografi seperti sejarah terpapar suara berisik.
Penulis riset Professor Anil Lalwani dari Department of Otolaryngology/Head & Neck Surgery pada Columbia University Medical Center menyatakan, studi ini menemukan bahwa kehilangan pendengaran ada hubungannya dengan kerja sensorineural pada manusia.
Pada remaja dengan obesitas kemampuan sensorineural untuk mendengar turun akibat rusaknya serabut saraf pada telinga bagian dalam. Sehingga kemampuan remaja mendengar, di semua frekuensi ikut menurun.
Rata-rata kehilangan pendengaran paling banyak terdapat pada frekuensi rendah, di bawah 2 ribu Hz. Remaja dengan obesitas 15 persen menderita kehilangan pendengaran, sementara yang non obesitas hanya 8 persen.
Remaja yang kehilangan pendengaran pada frekuensi rendah, masih mengerti perkataan manusia. Tapi mereka menemui kesulitan mendengar saat berkelompok atau berada dalam lingkungan berisik. Walaupun kasus kehilangan pendengaran ini relatif sedikit, namun peningkatannya mencapai dua kali lipat. Hal ini tentu mengkhawatirkan, apalagi jumlah remaja dengan obesitas juga terus meningkat.
Penelitian sebelumnya menemukan, 80 persen remaja dengan kehilangan pendengaran tidak sadar telah mengalami hal tersebut. Lalwani menyarankan, remaja dengan obesitas menjalani skrining dan terapi pendengaran dengan jangka waktu tertentu. Hal ini untuk mencegah gangguan pendengaran semakin parah dan berakhir tuli.
"Hasil studi ini harus dimasukkan dalam daftar efek buruk obesitas. Hasil ini bisa memotivasi setiap orang di segala usia untuk mengurangi berat badan," kata Lalwani.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.