Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 25/11/2013, 13:07 WIB
Unoviana Kartika

Penulis

Sumber menshealth


KOMPAS.com - Saat dalam keadaan sulit, otak memiliki kemampuan untuk melawan balik kesulitan tersebut. Sebuah temuan baru dalam jurnal Neuroscience mengungkap bagaimana otak beradaptasi dengan stresor yang dapat berdampak pada kesehatan.

Allayson Friedman, peneliti dari Mount Sinai School of Medicine mengatakan, jika tidak hati-hati, ketegangan  dengan orang lain dapat menyebabkan rasa kalah yang memicu depresi dan tindakan antisosial. Beruntung, otak memiliki respon cepat pada tekanan tersebut, seperti mengeluarkan senyawa otak tertentu untuk mengatasi pemulihannya.

Berikut tujuh stresor sosial terburuk dan bagaimana otak secara cerdas mengatasinya.

1. Ditinggal teman

Peneltiian para ahli dari Oxford University mengindikasikan, jaringan pertemanan yang luas membentuk otak yang lebih besar dan kemampuannya untuk mengambil keputusan dan mengontrol aksi pun menjadi lebih baik. Namun bukannya tidak mungkin manusia berada dalam  keadaan tanpa banyak teman sehingga dapat memicu penurunan kemampuan bersosialisasi dan ukuran otak.

Namun menurut peneliti studi Maryann Noonan, otak memiliki kemampuan untuk beradaptasi. Untuk mengoptimalkannya, Anda perlu berusaha merangsangnya, salah satunya dengan menciptakan obrolan dengan orang-orang di lingkungan sekitar.

2. Perubahan kerja atau tempat tinggal

Dalam kondisi ini, Anda belum terbiasa dengan lingkungan baru. Namun otak sebenarnya dalam keadaan lebih rileks dalam melakukan penyesuaian diri sehingga dampaknya baik untuk kesehatan. Studi yang dilakukan oleh peneliti asal Princeton University menunjukkan, tikus yang diperkenalkan dalam lingkungan baru cenderung lebih tenang dibandingkan dengan tikus yang sudah lama berada di lingkungan tersebut.

3. Naik pangkat

Keadaan ini mungkin membahagiakan, namun di sisi lain juga dapat meningkatkan kadar stres. Kesibukan yang bertambah memicu isolasi diri dari lingkungan. Padahal hal tersebut berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung koroner, diabetes tipe 2, obesitas, dan penyakit degeneratif lainnya.

Untuk meningkatkan kemampuan adaptasi otak, maka Anda perlu menjaga hubungan dengan orang lain. Dengan begitu, otak akan lebih cepat mengeluarkan dopamin, senyawa dalam otak yang penting untuk merespon stres.

4. Kehilangan dukungan

Minimnya dukungan dari lingkungan dapat memicu banyak masalah kesehatan. Studi dari Tel Aviv University menunjukkan, orang yang tidak mendapatkan dukungan dari rekan kerja cenderung lebih pendek umurnya dibandingkan mereka yang berada dalam lingkungan kerja yang mendukung.

Turunkan ego dan mulailah fokus untuk mencari manfaat jika Anda dan rekan kerja Anda dapat bekerja sama. Studi mengindikasikan, kelompok kera yang bekerja sama mencetak skor yang lebih baik daripada kelompok lainnya yang bekerja sendiri-sendiri. Ini karena sel-sel otak lebih dapat mengenali perilaku kera lainnya saat bekerja sama.

5. Kehilangan

Studi para ahli di Perancis membuktikan, saat berada dalam kondisi ini, Anda akan merasa takut dan cemas. Fokus terhadap pekerjaan mungkin dapat membantu melawan pikiran negatif. Menurut kajian ilmuwan dari Harvard University, meningkatkan intensitas pekerjaan akan mengalihkan perhatian otak yang membantu memulihkan rasa kehilangan tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau