KOMPAS.com — Saat mengetahui kadar kolesterolnya tinggi, kebanyakan orang menyalahkan pola makan yang selama ini tinggi lemak. Namun dalam beberapa kasus, kadar kolesterol tinggi juga terjadi pada orang dengan pola makan sehat. Kenapa demikian?
Dokter spesialis jantung dari Rumah Sakit Pondok Indah, Taufik Pohan, mengatakan, ada dua jenis penyebab kenapa kadar kolesterol seseorang tinggi. Yang pertama karena gaya hidup, termasuk pola makan yang tinggi lemak. Yang kedua, terkait dengan metabolisme organ hati dalam mencerna kolesterol (lipid) itu sendiri.
"Jadi kalau kadar kolesterol total tinggi di atas 250 mg/dL, padahal pola makan sudah dibenahi, mungkin saja metabolisme lipid hati yang bermasalah," ujarnya dalam konferensi pers pada Kamis (8/5/2014) di Jakarta.
Kadar kolesterol total dinilai tinggi bila angkanya di atas 200 mg/dL. Sementara itu, ada pula angka kolesterol lain yang perlu dicermati, yaitu kolesterol "jahat" atau low density lipoprotein (LDL) yang batasnya adalah 130 mg/dL, kolesterol "baik" atau high density lipoprotein (HDL) di atas 60 mg/dL, dan trigliserida kurang dari 150 mg/dL.
Dengan kata lain, kadar kolesterol total belum bisa dijadikan parameter dari baik atau tidaknya kolesterol dalam tubuh. Bila kadar kolesterol total baik, maka kolesterol "jahat" juga rendah. Namun jika kolesterol "baik"-nya masih kurang dari batas minimal, maka profil lipid dari seseorang belum bisa dikatakan baik.
Bagi orang-orang yang mengalami gangguan metabolisme lipid, Taufik menyarankan supaya pemeriksaan kadar kolesterol dilakukan secara rutin, paling tidak satu kali dalam setahun, lalu menjaga pola makan sehat, dan olahraga teratur dengan porsi yang benar.
"Pengecekan kadar kolesterol adalah hal penting bagi mereka yang mengalami gangguan metabolisme lipid, untuk menghindari risiko serangan jantung dan komplikasi lainnya," tekannya.
Kolesterol diketahui sebagai salah satu risiko penyakit jantung. Kolesterol, khususnya yang "jahat", berpotensi menimbulkan plak pada pembuluh darah sehingga berisiko membuat penyempitan, bahkan penyumbatan di pembuluh darah, yang kemudian mengakibatkan serangan jantung.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.