Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 05/03/2015, 16:19 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Infeksi telinga tengah atau awam menyebutnya "congek" adalah peradangan yang terjadi pada telinga bagian tengah. Penyakit ini umumnya diderita bayi dan anak-anak. Jika tidak diobati penyakitnya akan terus memburuk dan menyebabkan komplikasi gangguan pendengaran.

Pada tahap yang ringan (otitis media akut), penyakit ini menyebabkan nyeri dan demam. Komplikasi yang mungkin timbul adalah ketulian yang dialami hanya bersifat sementara, tapi jika tidak diobati perlahan-lahan akan menjadi permanen.

"Infeksi telinga tengah yang ringan dan sedang pada bayi dan anak-anak bisa menganggu perkembangan bahasa dan komunikasi verbalnya. Ini karena mereka tidak bisa mendengar kata-kata dengan jelas akibat berkurangnya pendengaran," kata Prof.Zainul A Djaafar, Sp.THT-KL dari RS Telinga Hidung Tenggorokan (THT) Jakarta, dalam acara seminar media yang diadakan SOHO Global Health (5/3/15).

Zainul mengatakan, banyak orang yang menderita infeksi telinga tengah namun tidak diobati secara tuntas. Akhirnya penyakit infeksinya menahun dan bertambah berat hingga kerusakannya juga permanen.

"Pada tahap yang berat, komplikasinya juga bisa menyebabkan meningitis atau abses otak yang dapat menimbulkan kematian. Tapi sejak kemajuan obat-obatan antibiotik, komplikasi seperti itu sudah jarang. Khususnya di daerah yang layanan kesehatannya sudah baik," katanya.

Infeksi yang menahun disebut juga dengan otitis media supuratif kronik (OMSK) merupakan salah satu penyakit yang paling sering menyebabkan tuli permanen di Indonesia. Angkanya di Indonesia mencapai 3 persen. Infeksi ini ditandai dengan pecahnya gendang pendengaran dan keluarnya cairan berulang berupa nanah dan lendir.

"OMSK membutuhkan operasi yang tujuannya menyetop infeksi secara total dan mencegah komplikasi tuli permanen," kata Zainul.

Ia mengatakan, terkadang gangguan pendengaran akibat infeksi telinga diatasi dengan menggunakan alat bantu dengar. Padahal, penyebabnya belum diatasi dengan tuntas.

"Alat bantu dengar hanya membuat kita lebih enak untuk mendengar tapi penyakitnya jalan terus. Akibatnya rumah siput di dalam telinga rusak permanen. Karenanya, penyakitnya harus diobati dulu sampai tuntas," katanya.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau