Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 13/08/2015, 14:35 WIB

KOMPAS.com - Istilah "lawan atau lari"  adalah respon alami otak saat menghadapi stres. Ketika 'ditantang' dengan tepat, respon ini membantu kita naik kelas dan mampu menghadapi berbagai tantangan dan bahaya. Tapi, akan jadi masalah saat respon ini  terus diprovokasi oleh peristiwa-peristiwa 'kurang penting' sehari-hari, seperti masalah keuangan, kemacetan lalu lintas, masalah pekerjaan, atau masalah hubungan dengan pasangan.

Hasilnya, timbullah beragam gangguan kesehatan. Misalnya, tekanan darah tinggi yang menjadi faktor risiko utama penyakit jantung. Respon stres juga dapat menekan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan kerentanan terhadap sakit flu. Selain itu, penumpukan stres juga berkontribusi terhadap timbulnya depresi.

Kita tidak bisa menghindari semua sumber stres dalam kehidupan kita. Tidak akan bisa walau kita ingin. Tapi kita bisa mengembangkan cara-cara sehat untuk mengatasinya. Salah satunya adalah dengan memelajari teknik relaksasi.

Secara modern,  teknik ini pertama kali dikembangkan pada tahun 1970 di Harvard Medical School oleh ahli jantung Dr Herbert Benson. Respon relaksasi adalah suatu keadaan istirahat yang mendalam yang bisa didapat dengan berbagai cara, termasuk meditasi, yoga, dan relaksasi otot progresif. Fokus utama teknik ini adalah pada pengaturan napas.

Keuntungan pernapasan perut

Bernapas dalam dikenal dengan banyak nama;  pernapasan diafragma, pernapasan perut, dan pernapasan abdominal. Ketika Anda bernapas dalam-dalam, udara yang masuk melalui hidung akan sepenuhnya mengisi paru-paru dan perut bagian bawah naik.

Bagi banyak orang, bernapas dalam-dalam sepertinya tidak wajar. Ada beberapa alasan untuk ini. Salah satunya adalah anggapan bahwa perut rata itu menarik dan harus sehingga banyak orang cenderung menahan otot perut mereka. Ini dapat mengganggu pernapasan dan secara bertahap akan membuat dangkal pernapasan dada. Ujungnya, ketegangan dan kecemasan meningkat.

Bernapas dengan dangkal dan pendek, menurut rilis dari Harvard Medical School,  akan membatasi rentang gerak diafragma. Walhasil, bagian terendah dari paru-paru tidak mendapap cukup oksigen.  Hal ini dapat membuat Anda merasa sesak napas dan cemas. Pernapasan perut mendorong pertukaran oksigen secara penuh. Ketika oksigen masuk maka karbondioksida keluar. Tidak mengherankan jika pernapasan perut mampu memperlambat denyut jantung dan menurunkan atau menstabilkan tekanan darah.

Mari kita praktikkan

Langkah pertama. Cari tempat yang tenang, nyaman untuk duduk atau berbaring. Pertama, bernapaslah dengan normal. Kemudian cobalah bernapas dalam-dalam: Tarik napas perlahan melalui hidung, sehingga dada dan perut bagian bawah mengembang. Rasakan paru-paru Anda terisi penuh.  Biarkan perut Anda mengembang sepenuhnya. Sekarang keluarkan napas perlahan melalui mulut (atau hidung, jika dirasa lebih alami).

Fokus pernapasan. Setelah menguasai teknik pertama,  Anda bisa melanjutkan ke latihan rutin fokus pernapasan. Duduk dengan nyaman, mata tertutup, bernapas dalam dan pikiran fokus pada napas Anda. Untuk membantu pikiran tidak kemana-mana, Anda bisa mengucapkan mantra buatan sendiri sambil tetap bernapas dalam.

Teknik ini dapat membantu otot-otot menjadi rileks, detak jantung melambat dan pikiran jadi lebih tenang. Lakukan satu atau dua kali sehari selama masing-masing 10-20 menit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau