Sesudah tiga bulan menjalani rawat inap, Adelia diizinkan pulang dan menjalani rawat jalan.
"Kami bersyukur karena sampai kini Adelia dalam kondisi sehat dan boleh pulang untuk rawat jalan," kata Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Muchammad Syafak Hanung saat mengantar Adelia Dwi Cahyo pulang, Kamis (11/2), di Yogyakarta.
Adelia yang kini berusia 17 bulan menjalani cangkok hati pada 11-12 November 2015. Saat menjalani operasi, putri kedua pasangan Cahyo Kustaman (33) dan Dwi Purwanti (33) itu masih berusia 14 bulan. Dalam operasi itu, Dwi Purwanti mendonorkan sebagian hatinya kepada Adelia.
Syafak menjelaskan, cangkok hati pada Adelia itu pertama dilakukan di RSUP Dr Sardjito. Biaya operasi Rp 1,2 miliar berasal dari anggaran RSUP Dr Sardjito, sumbangan donatur, dan dana dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
"Dana dari BPJS Kesehatan untuk transplantasi hati hanya Rp 150 juta sehingga harus ada dana pihak lain. Pihak keluarga tak mengeluarkan biaya karena Adelia dari keluarga kurang mampu," ucap Syafak.
Dokter spesialis anak RSUP Dr Sardjito, Mohammad Juffrie, menjelaskan, Adelia menderita atresia bilier, sumbatan saluran empedu yang menghambat aliran cairan empedu dari hati ke kantong empedu lalu ke usus. Akibatnya, cairan empedu menumpuk di hati sehingga merusak hati. "Kerusakan hati mengganggu metabolisme tubuh dan bisa memicu kematian," ujarnya.
Pengerasan hati
Sebelum dioperasi, Adelia mengalami sirosis atau pengerasan hati. Karena itu, tim dokter memutuskan operasi transplantasi hati. "Mencari donor hati sulit karena harus hati dengan genetika terdekat dengan pasien. Adelia beruntung mendapat donor hati dari ibunya," ujarnya.
Setelah diperiksa, hati Dwi Purwanti cocok didonorkan ke putrinya. Jadi, tim dokter memakai hati Dwi Purwanti dalam cangkok hati Adelia. "Kondisi Adelia baik dan hatinya berfungsi normal. Yang harus diperhatikan adalah mengejar pertumbuhan karena ia gagal tumbuh setahun," kata Juffrie.
Dokter spesialis bedah anak RSUP Dr Sardjito, Akhmad Mahmudi, mengatakan, keberhasilan cangkok hati pada Adelia menimbulkan harapan bagi pasien lain yang butuh tindakan serupa. "Persiapan operasi tiga bulan dan ada supervisi dari tim Kyoto University, Jepang. Kami evaluasi kondisi pasien secara menyeluruh sebelum mengoperasi selama 16 jam," ujarnya.
Dwi Purwanti bersyukur karena Adelia berhasil menjalani cangkok hati. Kini, Adelia bisa beraktivitas normal, misalnya belajar berjalan. "Kondisi saya selaku donor hati, normal. Tak ada keluhan," kata warga Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, itu. (HRS)
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 13 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul "Tim Rumah Sakit Sardjito Laksanakan Cangkok Hati".