Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pria ini Dilarikan ke RS Setelah Konsumsi Minuman Berenergi

Kompas.com - 04/08/2016, 21:07 WIB
Kontributor Health, Dhorothea

Penulis

KOMPAS.com - Seorang pria berusia 28 tahun masuk ruang gawat darurat gara-gara masalah jantung setelah minum dua botol minuman berenergi dalam sehari. Ia juga minum alkohol selama berbulan-bulan.

Jantung pria itu berdetak cepat dan berirama tak teratur (disebut aritmia jantung). Laporan kejadian ini berhubungan dengan banyak studi sebelumnya, ada hubungan antara konsumsi minuman berenergi dan masalah jantung.

Meskipun laporan baru ini tidak membuktikan minuman energi menyebabkan detak jantung tak normal, kasus ini dikombinasikan dengan laporan sebelumnya membuktikan ritme jantung tak normal "bisa jadi merupakan komplikasi" konsumsi minuman berenergi. Demikian laporan edisi Juli/Agustus jurnal Addiction Medicine.

Mengingat popularitas minuman berenergi itu, dokter sebaiknya mempertimbangkan menanyakan pasien konsumsi minuman berenergi ketika mereka mengalami masalah ritme jantung tak beraturan. Demikian kata peneliti.

Studi-studi sebelumnya menemukan mengonsumsi satu minuman berenergi dapat meningkatkan tekanan darah tinggi, kadang sampai tingkat tak sehat.

Ada juga beberapa laporan mengenai anak-anak muda yang mengalami serangan jantung setelah mengonsumsi minuman itu. Ada pula laporan dari 2015 mengenai seorang berumur 26 tahun yang minum delapan sampai sepuluh minuman itu sehari.

Dalam laporan baru ini, periset mencatat bahwa pria itu dilarikan ke rumah sakit setelah muntah darah. Ia mengatakan kepada dokter ia mengonsumsi dua minuman berenergi hari itu, masing-masing kemasan mengandung 160 mg kafein. Total pria itu mengasup 320 kafein hari itu. Selain itu, pria itu juga mengonsumsi dua sampai tiga bir pada hari itu.

Pemeriksaan fisik memperlihatkan hasil normal. Kecuali detak jantung pria itu sangat cepat, 130 per menit. Detak jantung normal biasanya antara 60 sampai 100 per menit.

Pemeriksaan aktivitas elektrik jantung menunjukkan, ia mengalami atrial fibrillation atau ritme jantung tak normal. Masalah itu biasanya tidak mematikan tetapi dapat meningkatkan risiko terjadinya stroke atau komplikasi penyakit jantung lain, menurut Mayo Clinic.

Pria itu diobati dengan dua obat jantung diltiazem dan metoprolol. Detak jantung kembali normal dalam 24 jam. Ia keluar dari rumah sakit tiga hari kemudian. Setahun setelah kejadian itu, ia tak mengalami masalah dengan ritme jantung.

Minuman berenergi Monster mengandung sekitar empat hingga lima kali jumlah kafein per sajian dibandingkan minuman ringan berkafein. Kafein dapat menyebabkan sel-sel jantung melepas kalsium yang mungkin mempengaruhi detak jantung sementara kafein dalam jumlah besar dapat menyebabkan jantung berdebar-debar serta muntah-muntah.

Antara 2004 dan 2012 Food and Drug Administration (FDA) menerima 40 laporan orang yang mengalami masalah jantung setelah minum Monster. Kasusnya meliputi detak jantung tak normal, tekanan darah naik, hilang kesadaran dan jantung berhenti.

Mayo Clinic menyebutkan mengonsumsi 400 mg kafein per hari masih dianggap normal untuk orang dewasa sehat.

Ada kemungkinan kandungan lain yang terdapat di dalam minuman itu bersama dengan kafein yang menyebabkan terjadinya masalah jantung. Misalnya taurin, bahan lazim dalam minuman berenergi yang mungkin meningkatkan efek kafein, menurut peneliti.

Bahan lain yang disebut guarana juga biasanya mengandung kafein dan meningkatkan kandungan kafein dalam kemasan minuman.

Studi lanjutan akan bahan kandungan dalam minuman berenergi dibutuhkan bagi para ahli untuk mengerti bagaimana minuman itu berhubungan dengan masalah jantung.

Minum alkohol berbarengan dengan minuman berenergi juga mungkin meningkatkan efek kafein, membuat senyawa itu tetap tinggal di dalam darah lebih lama.

Kafein juga dapat menurunkan efek penenang alkohol sehingga membuat seseorang jadi minum lebih banyak alkohol. Akhirnya peminum menjadi mabuk dan mengalami aritmia jantung.

Kendati efek jangka panjang konsumsi minuman berenergi belum diketahui, lebih baik jika kita membatasinya, khususnya ketika minum juga alkohol dan zat terlarang. Termasuk juga pasien yang rentan terkena aritmia. Demikian kesimpulan penelitian.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau