Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/08/2016, 14:00 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Kasus bullying bisa terjadi di mana saja, tak terkecuali di tingkat dini seperti taman kanak-kanak. Apa yang harus orangtua lakukan bila si buah hati menjadi korban?

Indah Handayani merasa prihatin karena anak laki-lakinya yang baru berusia 3,5 tahun dan obesitas, sering diolok-olok temannya di sekolah. Ia bingung bagaimana agar anaknya kembali percaya diri menghadapi ejekan teman-temannya.

Pendindasan atau bullying pada anak tentu akan membuat setiap orangtua merasa khawatir. Sebab, orangtua mana yang rela anaknya diperlakukan kasar dan tidak dihargai orang lain.

Menurut psikolog Naomi Soetikno, anak yang menjadi korban bullying butuh dukungan besar orangtua karena rasa percaya dirinya turun.

"Untuk membentuk kembali rasa percaya diri ada tahapannya. Pertama, anak perlu menerima dirinya dulu. Sekalipun anak kita obesitas, bantu dia untuk bisa menerima dirinya, bukan menerima obesitasnya," katanya dalam acara diskusi media "Yuk Main di Luar" yang diadakan oleh Forum Ngobras dan Nuvo Family di Jakarta (23/8/16).

Penerimaan diri itu ditumbuhkan dengan pemahaman bahwa ia istimewa dan punya kelebihan lain. "Misalnya, punya kemampuan matematik, pintar menggambar, atau apa pun keadaanku ada punya mama papa yang sayang aku," kata staf pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Tarumanegara ini.

Setelah anak bisa menerima diri apa adanya, ajak ia menerima kelebihan dan kekurangannya. Mungkin kekurangan dia tidak bisa menahan rasa lapar, mudah tergoda. Tapi ajak anak melihat faktor-faktor positif dari kondisi tubuh yang ramping.

"Beri pemahaman bahwa tubuh sehat dan lebih ramping  akan merasa lebih enak, lebih ringan bergerak," katanya.

Setelah itu, orangtua perlu memberi tantangan agar anak mau mencoba mengurangi makanan gula atau instan. "Ingat, ini semua dengan bimbingan orangtua," ujarnya.

Dukungan emosional

Setelah anak bisa menerima dirinya, tahu kekurangan dan kelebihannya, ajarkan ia cara-cara lain untuk mengatasi masalah. Misalnya kalau teman-temannya mengejek, apa yang harus dilakukan.

"Usahakan kalau anak punya masalah di sekolah bantu anak menyelesaikan masalahnya sendiri, orangtua cukup mengajarkan trik-trik, bukan turun tangan langsung," kata Naomi.

Setelah anak melakukan apa yang kita anggap bagus, beri pujian. Dukungan emosional sangat penting. Misalnya dia biasa diejek, lalu dia bilang kalau diejek aku tinggalkan tempat itu. Maka berikan pujian dan dukungan, anak mama hebat, bisa. Dengan demikian akan semakin tumbuh rasa percaya diri.

Selain dukungan emosional, anak juga harus diajarkan pola makan yang sehat.  Menurut dr.Indrarti Soekotjo, Sp.KO, kalau anak sudah terlanjur gemuk, kurangi asupan makanan bergula.

"Sumber kalori terbesar pada anak antara lain gula, permen, juga sirup," katanya.

Tingkatkan aktivitas fisik anak dan lakukan dengan bertahap dan menyenangkan. Misalnya, temani anak melakukan jenis olahraga yang disukainya. Batasi waktu anak menonton televisi dan bermain gadget yang membuat anak kurang bergerak.

"Kalau makanannya sudah sehat tapi dia masih tetap gemuk, yang penting dia banyak bergerak. Akan ada masanya dia semakin terbiasa bergerak. Berat badan pun bisa turun," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau