Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jasamarga

Sedih dan Tak Bahagia Setelah Melahirkan, Tanda Depresi?

Kompas.com - 05/10/2016, 17:00 WIB
Dian Maharani,
Lusia Kus Anna

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Gangguan emosional bisa dialami seorang ibu pascamelahirkan. Kondisi ini bisa ringan dan hilang dalam beberapa hari, namun juga ada kemungkinan berlanjut menjadi depresi dan psikosis. Pada beberapa kasus, seorang ibu bahkan tega membunuh anaknya sendiri yang masih bayi karena berhalusinasi akibat depresi berat.

Psikolog dan juga terapis, Nuzulia Rahma Tristinarum atau akrab disapa Lia mengatakan, suami, keluarga, maupun orang-orang di sekitar terkadang tak menyadari tanda-tanda depresi setelah melahirkan yang dialami seorang ibu.

"Postpartum depression kalau memang sudah berat bisa mulai ada pikiran ingin melukai bayi dan diri sendiri," kata Lia saat dihubungi Kompas.com.

Baca juga: Usaha Sepi Usai Direview Food Vlogger, Sidik Eduard: Seneng Mereka Jujur, tapi...

Jika gejalanya dikenali lebih dini, penderita bisa mendapat bantuan profesional sehingga hal yang tidak diinginkan bisa dicegah.

Berikut tanda-tanda depresi pasca-kelahiran seperti dipaparkan Lia.

1. Sering marah dan menangis

2. Mudah tersinggung

3. Merasa sedih, tak berdaya, dan merasa bersalah

Baca juga: Hendak Ziarah Kubur, Bapak Ini Kaget Makam Leluhurnya Jadi Ladang Tebu

4. Kehilangan napsu makan sehingga berat badan turun

5. Mengalami vangguan tidur

6. Kehilangan minat pada hal-hal yang disukai, diri sendiri, dan bayi. Misalnya tidak mau mengurus bayi.

7. Merasa sendiri dan mengkritik berlebihan terhadap diri sendiri.

Baca juga: Cara Terdaftar Jadi Penerima Dana PIP, Siswa SD-SMA Ikuti Langkah Ini

8. Mulai ada pikiran untuk melukai diri sendiri dan bayinya.

Berbeda dengan baby blues, depresi pasca-kelahiran bisa berlangsung lama setelah melahirkan. Bisa terjadi lebih dari dua minggu, berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun lamanya jika tidak segera diatasi.

Lia mengungkapkan, depresi pasca-kelahirkan bisa disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari fisik, psikologis, dan psikososial. Penyebab fisik misalnya, perubahan hormonal setelah melahirkan, penyakit yang dialami ibu sebelum atau setelah melahirkan, komplikasi kehamilan, hingga masalah menyusui bayi.

Baca juga: Soal PHK PT Yihong Novatex, Ini Kata Wamenperin

Kondisi itu juga bisa dipicu oleh kondisi psikis ibu, seperti pernah depresi sebelumnya, memiliki karakter perfeksionis, dan terdapat tekanan atau stres dalam diri, seperti masalah dengan suami dan keluarga.

Adapun faktor psikososial, antra lain karena kondisi keluarga dan lingkungan yang tidak mendukung, kesulitan mengasuh anak, seperti jarak anak pertama dan kedua terlalu dekat. Jika ibu menunjukkan tanda-tanda depresi pasca-kelahiran, suami, keluarga, dan kerabat bisa memberikan dukungan psikologis.

Jika tak bisa menanganinya sendiri, jangan ragu meminta bantuan psikolog maupun psikiater.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Baca tentang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tidak Balas Kebijakan Trump, Airlangga: Kita Tempuh Jalur Negosiasi
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi Akun
Proteksi akunmu dari aktivitas yang tidak kamu lakukan.
199920002001200220032004200520062007200820092010
Data akan digunakan untuk tujuan verifikasi sesuai Kebijakan Data Pribadi KG Media.
Verifikasi Akun Berhasil
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau