Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kolonoskopi: Deteksi Dini Kanker Kolon untuk Pencegahan yang Lebih Efektif

Kompas.com - 07/04/2025, 16:00 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

Sumber Antara

KOMPAS.com - Metode kolonoskopi menjadi salah satu langkah utama untuk mendeteksi kanker kolon sejak dini.

Prosedur ini dilakukan dengan cara memasukkan selang endoskopi melalui dubur untuk memeriksa permukaan dalam usus besar, guna mendeteksi kemungkinan adanya kanker.

Melalui kolonoskopi, dokter juga dapat mengambil sampel atau biopsi dari massa yang diduga kanker, yang kemudian akan diperiksa di laboratorium untuk mengetahui jenis kanker serta mutasi genetik yang terjadi.

Dokter spesialis penyakit dalam, dr Randy Adiwinata, Sp.PD, menjelaskan bahwa kanker kolon umumnya berkembang dari polip kecil yang terus tumbuh dan mengalami mutasi genetik.

"Kanker kolon merupakan kanker yang tumbuh di area usus besar. Ini tidak serta merta muncul melainkan berproses. Sebagian besar berasal dari polip yang kecil dan terus tumbuh mengalami mutasi genetik, hingga akhirnya pertumbuhan tumor tidak terkendali dan menjadi ganas," ujar dr Randy, seperti dikutip dari Antara, Senin (7/4/2025).

Gejala kanker kolon yang perlu diwaspadai meliputi perubahan pola dan konsistensi feses, buang air besar (BAB) berdarah, perasaan BAB tidak tuntas, anemia, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, benjolan pada perut atau dubur, sumbatan usus, hingga perut yang membesar.

Baca juga: Pesepakbola Spanyol Nico Hidalgo Meninggal Dunia Karena Kanker, Waspadai Gejalanya

Membedakan kanker kolon dan wasir

Dr Randy juga menekankan pentingnya membedakan gejala kanker kolon dengan kondisi lain, seperti wasir.

Perdarahan akibat kanker usus besar biasanya ditandai dengan darah berwarna segar yang bercampur dengan feses, disertai penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, serta perubahan pola dan konsistensi feses.

Sementara itu, perdarahan akibat wasir umumnya tidak disertai rasa nyeri, dengan darah yang menetes setelah BAB dan tidak bercampur dengan feses.

"Pada prinsipnya, semua perdarahan pada kotoran merupakan alarm bahwa seorang pasien memerlukan evaluasi dari dokter. Seringkali pasien menganggap ini wasir. Setelah diperiksa lebih lanjut ternyata itu kanker usus besar stadium lanjut,” ujar dr Randy.

Baca juga: 8 Khasiat Selada Air untuk Kesehatan, Termasuk Mencegah Kanker

Prosedur diagnosis dan skrining

Diagnosis kanker kolon umumnya dilakukan dengan kolonoskopi.

Prosedur ini memungkinkan dokter untuk memeriksa permukaan dalam usus dan mendeteksi kelainan.

Selain itu, pemeriksaan lanjutan menggunakan CT scan, Magnetic Resonance Imaging (MRI), dan Positron Emission Tomography (PET) scan dapat membantu mendeteksi penyebaran kanker.

American College of Gastroenterology merekomendasikan agar setiap individu, baik dengan gejala maupun tanpa gejala, melakukan skrining kolonoskopi pada usia 45 tahun untuk mendeteksi kemungkinan polip usus yang berpotensi berkembang menjadi kanker.

"Cara lain adalah melakukan pemeriksaan darah samar pada feses. Apabila ditemukan darah, kolonoskopi tetap perlu dilakukan," jelas dr Randy.

Baca juga: Nunung Mengaku Sudah Pulih dari Kanker Payudara: Apakah Kanker Payudara Bisa Sembuh Total?

Terapi dan penanganan kanker kolon

Perkembangan terapi kanker kolon saat ini sudah cukup pesat, dengan pendekatan yang lebih tepat melalui pemeriksaan mutasi genetik dan biomarker.

Pada kanker kolon stadium awal, pembedahan untuk mengangkat kanker usus besar menjadi pilihan utama.

Kemoterapi dapat dilakukan sebagai pengobatan lanjutan, tergantung pada stadium kanker, dan dalam beberapa kasus, kemoterapi dilakukan terlebih dahulu untuk mengecilkan tumor sebelum dilakukan pembedahan. Radiasi juga dapat menjadi tambahan terapi.

Baca juga: Hari Kanker Anak Sedunia: Kemenkes Kenalkan Rencana Aksi Nasional Kanker Anak

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Berikan Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau