KOMPAS.com - Selama ini Anda rutin menghitung kalori, tetapi diet tak kunjung berhasil. Bisa jadi masalahnya mungkin bukan tentang jumlah kalori, tapi jenis kalori yang dimakan.
Pelatih nutrisi Carrie McMahon, sekaligus penulis buku Why You Should Count Macronutrients, Not Calories juga pernah “terjebak” dalam rutinitas menghitung kalori dan membatasi makan. Hasilnya, dia sempat makan berlebihan akibat rasa “ngidam” hebat setelah dirinya memutuskan untuk membatasi banyak makanan.
Namun, McMahon segera menyadari bahwa untuk membuat perubahan dalam kesehatannya, dia harus mengubah pendekatannya terhadap makanan. Sehingga, dia mulai membuang kebiasaan penghitungan kalori, dan menggantinya dengan menghitung makronutrien.
"Makronutrien adalah nutrisi dari makanan yang memberikan asupan kalori atau energi bagi tubuh," kata McMahon.
“Disebut sebagai makro karena tiga kategori makronutrien adalah asupan penting bagi tubuh, yaitu karbohidrat, lemak, dan protein.”
Menurut dia, jika Anda hanya menetapkan batas kalori yang ketat, Anda bisa makan sejumlah "makanan sampah"dan tidak mendapatkan nutrisi yang Anda butuhkan.
McMahon mengatakan, saat dia melakukan penghitungan kalori, dia bisa makan apa pun yang kalorinya rendah, seperti sereal rendah lemak, makanan siap saji bebas lemak, hingga minuman manis nol kalori. Hasilnya, berat badannya mungkin turun, tetapi tubuhnya menjadi tidak sehat.
Untuk itu, McMahon merekomendasikan Anda untuk mulai menghitung makronutrien, dengan cara menghitung proporsi harian sebagai berikut:
- Bila ingin meningkatkan metabolisme atau membangun otot:
40 persen protein, 35 persen karbohidrat, lemak 25 persen.
- Mengurangi lemak tubuh dan menurunkan berat badan:
45 persen protein, 35 persen karbohidrat, lemak 20 persen.