KOMPAS.com - Bukan cuma tren fashion yang berganti-ganti, metode diet pun demikian. Diet yang diklaim menurunkan berat badan secara cepat biasanya yang paling populer.
Menurut Jansen Ongko, Msc, RD, diet yang menurunkan berat badan paling cepat justru lebih berbahaya. "Nantinya akan ada rebound effect, sudah turun 10 kilogram tapi akhirnya malah naik jadi 20 kilogram," katanya dalam acara diskusi media yang diadakan oleh Forum Ngobras di Jakarta (16/1/2017).
Ia mengatakan, tubuh memiliki mekanisme keseimbangan atau homeostatis. "Kalau terjadi perubahan drastis maka tubuh akan berusaha mengembalikan keseimbangannya," kata konsultan nutrisi lulusan dari California State University, Amerika ini.
Pada dasarnya, tubuh ingin menyimpan lemak untuk berjaga-jaga dan juga membuat semua fungsi tubuh berjalan optimal. Itu sebabnya tubuh sering menyimpan lemak dan bukan melepasnya sebagai energi, walau kita sudah berolahraga dan membatasi kalori.
Penurunan berat badan yang sehat, menurut Jansen, adalah 3-5 persen dari berat badan per bulan. "Jadi patokannya bukan harus turun berapa kilogram, namun prosentase. Misalnya kalau berat badannya 80 kilogram maka minimal disarankan untuk turun 2,4 kilogram dalam sebulan," katanya.
Diet juga bukan berarti menahan lapar, karena tubuh tetap membutuhkan makanan sebagai sumber energi.
"Hindari juga diet yang berpantang berbagai makanan. Semakin dikekang, tubuh akan semakin berontak. Jadi, makanlah dalam jumlah sedang dan perbanyak aktivitas," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.