Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Dampak Kesehatan Fisik dan Psikologis Korban Pemerkosaan

KOMPAS.com - Pemerkosaan adalah tindak kejahatan yang memberikan dampak menyakitkan secara fisik dan psikologis dalam jangka panjang bagi korbannya.

Mengutip Verywell Mind, pemerkosaan merupakan salah satu bentuk tindakan serangan seksual, selain percobaan pemerkosaan dan segala bentuk sentuhan seksual yang tidak diinginkan.

Seseorang yang telah diserang secara seksual umumnya akan mengalami tingkat penderitaan yang tinggi segera setelahnya.

Trauma karena mendapatkan serangan seksual dapat membuat seseorang merasa takut, marah, bersalah, cemas, dan sedih, bercampur aduk.

Stigma yang terkait tentang korban kekerasan seksual dapat menyebabkan beberapa orang merasa malu dan berada dalam tekanan ekstra.

Orang yang selamat dari serangan seksual memiliki kemungkinan besar untuk mengembangkan gejala gangguan psikologis berupa stres pasca-trauma (PTSD).

Mengutip Everyday Health, sudah lama jelas bahwa kekerasan seksual dapat memiliki dampak terhadap kesehatan psikologis para korban.

Kemudian pada 2021, terdapat studi yang menunjukkan adanya dampak kesehatan fisik jangka panjang terhadap penyintas pemerkosaan.

"Sebelum penelitian kami, tidak ada penelitian yang mencoba menghubungkan kekerasan seksual dengan kesehatan fisik, seperti penyakit kardiovaskular, stroke, dan risiko demensia," kata Rebecca C Thurston, profesor psikiatri, psikologi, dan epidemiologi di University of Pittsburgh.

Dampak psikologis

Mengutip Healthy Place, korban pemerkosaan mengalami dampak psikologis jangka pendek dan jangka panjang dari hubungan seksual yang dipaksa dengan kekerasan.

Salah satu dampak psikologis yang paling umum yang dialami oleh korban pemerkosaan adalah kecenderungan untuk menyalahkan diri sendiri.

Menyalahkan diri sendiri bisa memperlambat atau dalam banyak kasus membuat proses penyembuhan trauma terhenti.

Dampak emosional dan psikologis umum lainnya yang kemungkinan muncul pada korban pemerkosaan, meliputi:

Dampak fisik

Mengutip Healthy Place, kekerasan seksual secara paksa sering kali menyebabkan memar atau pendarahan yang terlihat di dalam dan di sekitar area vagina atau anus dan memar di bagian tubuh lain akibat kekerasan.

Namun, pemerkosaan dapat memiliki banyak dampak fisik lainnya, seperti kemungkinan memiliki:

  1. Hubungan seksual yang menyakitkan dengan orang lain di masa depan
  2. Infeksi saluran kemih
  3. Fibroid rahim: tumor non-kanker di dinding otot
  4. Kehamilan
  5. Penyakit menular seksual (PMS): HIV, kutil kelamin, sifilis, gonore, klamidia, dan lain-lain.

Mengutip Everyday Health, para peneliti menemukan bahwa kekerasan seksual berkorelasi dengan peningkatan insiden penyakit kardiovaskular di usia paruh baya.

Waktu terjadinya kekerasan memainkan peran, di mana efek yang lebih besar terlihat pada mereka yang mengalami kekerasan seksualnya pada masa kanak-kanak.

Dalam sebuah penelitian pada 145 wanita (usia rata-rata 59) sekitar 68 persen di antaranya mengalami setidaknya satu trauma kekerasan seksual, ditemukan hiperintensitas materi putih (WMH) saat otaknya dicitrakan.

WMH adalah penanda penyakit pembuluh darah kecil otak, dan dapat dideteksi beberapa dekade sebelum serangan stroke, demensia, dan gangguan lainnya.

Padahal, tidak memiliki keluhan atau bukti medis terhadap stroke, demensia, atau tanda-tanda lain dari masalah pembuluh darah.

Wanita dengan paparan trauma, terutama untuk kekerasan seksual, ditemukan secara substansial volume WMH semakin meningkat dibandingkan dengan wanita tanpa trauma.

Volume WMH meningkat dipengaruhi oleh kondisi psikologis, seperti PTSD atau depresi.

Dr Thurston mengatakan temuan WMH menunjukkan bahwa pemerkosaan dapat menempatkan wanita pada risiko kesehatan otak yang buruk di kemudian hari.

"Dan wanita yang memiliki riwayat penyerangan seksual memerlukan peningkatan kewaspadaan untuk mengurangi risiko stroke dan demensia,” kata Dr Thurston.

Dokter harus mempertimbangkan riwayat pemerkosaan ketika mempertimbangkan risiko stroke atau demensia seorang wanita dengan menanyakan tentang riwayat tersebut.

Namun, dokter juga harus memahami bahwa "pasien mungkin membutuhkan waktu dan kepercayaan sebelum mengungkapkan riwayat ini," kata Dr Thurston.

Allison E Gaffey, rekan peneliti tentang perilaku kardiovaskular di Yale School of Medicine mengatakan bahwa sudah terbukti memberi tahu ahli jantung tentang riwayat trauma dapat membantu dokter memantau kesehatan kardiovaskular dengan lebih baik.

“Ahli jantung memahami bahwa risiko penyakit jantung dan pembuluh darah pada wanita muncul dari faktor tradisional dan nontradisional,” kata Dr Gaffey.

Mengungkapkan riwayat trauma kekerasan seksual “dapat membantu penyedia layanan kesehatan untuk lebih memahami risiko seorang wanita.”

Pengungkapan tersebut juga dapat memungkinkan seorang wanita untuk menerima perawatan yang lebih sensitif terhadap trauma selama pemeriksaan fisik, serta mendapatkan rujukan yang diinginkan untuk kesehatan mental atau layanan lain.

https://health.kompas.com/read/2022/02/05/140000668/dampak-kesehatan-fisik-dan-psikologis-korban-pemerkosaan

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke