Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

7 Langkah Sederhana Mengatasi Tantrum pada Balita

KOMPAS.com - Melihat balita mengamuk saat sedang tantrum seringkali membuat orangtua merasa frustrasi.

Tantrum atau dalam istilah psikologi disebut sebagai temper tantrum, diartikan sebagai perilaku marah pada anak-anak, biasanya terjadi pada usia pra sekolah atau di bawah lima tahun (balita).

Saat mengalami tantrum, si kecil bisa berteriak, menangis, meronta-ronta, berguling-guling di lantai, menumpahkan makanan atau minuman, hingga melempar barang.

Meledaknya emosi si kecil umumnya akibat dari kebutuhan atau keinginan yang tidak terpenuhi.

Diketahui, otak si kecil masih dalam tahap perkembangan, sehingga kemampuan mereka untuk memahami, mempelajari, dan menerima hal-hal baru sangat terbatas.

Kurangnya pemahaman akan kosakata untuk untuk mengekspresikan diri juga menambah kemarahan atau frustrasi si kecil. Dalam kondisi ini, anak-anak tentu membutuhkan peran dan bantuan dari orangtua.

Alih-alih frustrasi atau ikutan emosi, orangtua ternyata dapat menghela napas dan mengatasi kondisi si kecil yang sedang tantrum dengan beberapa langkah sederhana berikut.

1. Ajak anak untuk menentukan pilihannya

Ketika si kecil mulai menunjukkan emosinya, beberapa orangtua mungkin ingin segera meredakan amarah anak. Kondisi seperti ini biasanya justru membuat si buah hati semakin marah.

Alih-alih memaksa anak untuk tenang, orangtua dapat bertanya aktivitas mana yang lebih mereka sukai.

Hal ini dapat merangsang otak si kecil untuk berpikir dan memicu pelepasan hormon dopamin (perasaan baik).

Sebagai contoh, saat anak tidak ingin makan malam, alih-alih memaksanya, orangtua dapat meminta si kecil untuk memilih menyantap daging atau sayuran terlebih dahulu.

2. Terima emosi si kecil

Ketika periode tantrum dimulai, seorang balita dibanjiri emosi yang mengendalikan otak mereka. Kondisi ini tidak dapat dihadapi dengan penalaran ala orangtua.

Hal yang diperlukan para ayah dan ibu adalah menerima emosi si kecil dan tetap berada di sampingnya selama periode tantrum.

Saat anak rewel, menangis, atau mengutarakan emosinya dengan meletup-letup, jangan paksa mereka untuk menjelaskan kondisinya. Pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan kemungkinan membuat mereka semakin kesal.

3. Bantu anak mengembalikan keseimbangan emosional dan belajar mengatur diri

Orang tua dapat membantu mengembalikan keseimbangan hormonal dalam tubuh anak dengan cara menggendong atau memeluknya.

Berpegangan tangan atau berpelukan dapat mengaktifkan sistem penenang dalam tubuh si kecil dan memicu produksi hormon oksitosin yang berkaitan dengan perasaan cinta, kasih sayang, dan emosi yang baik.

Beberapa afirmasi positif seperti; "Iya, mama tahu, nak", "Kamu pasti merasa sangat sedih," atau "Saya sangat menyesal karena kamu terluka," adalah cara yang cukup baik untuk membuat si kecil merasa aman dan dimengerti.

Empati dan penyesuaian orang tua terhadap perasaan anak tidak hanya dapat menenangkan emosi anak, tetapi juga dapat membantu membangun jalur penting antara otak logis dan emosional.

Anda juga dapat mengajak si kecil untuk latihan pernapasan agar membantu mereka dalam mengelola emosinya.

4. Tetap tenang, tunjukkan sikap positif

Anak merupakan peniru terbaik. Oleh karena itu, kita sebagai orangtua harus menunjukkan contoh yang baik saat mengelola emosi.

Apabila cenderung marah dan meneriaki balita yang tantrum, orangtua justru mencontohkan ke anak reaksi ketika suatu hal tidak berjalan sesuai keinginannya.

Alasan lain mengapa Anda perlu tetap tenang adalah emosi negatif umumnya menular.

5. Jangan menghukum si kecil

Katakanlah ayah atau ibu menderita sakit parah yang membuat Anda hampir patah semangat.

Apakah Anda ingin orang terdekat menghukum Anda dengan menjauhi atau mengunci Anda di kamar? Tentu tidak bukan?

Ya, oleh sebab itu, Anda tidak disarankan memberi hukuman atau mengancam si kecil ketika mereka tengah tantrum.

Perlu diketahui, temper tantrum bisa saja dimulai sebagai cara untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan anak. Apabila dibiarkan, emosi anak akan semakin memuncak menjadi badai hormonal yang tidak bisa diatasi sendiri oleh seorang balita.

Hukuman yang diberikan orangtua atau sekadar diucapkan ayah dan ibunya, hanya akan memperparah rasa sakit atau kekecewaan si kecil.

6. Ajarkan kosakata dan ketrampilan bahasa 

Ketika badai emosi mereda, Anda dapat mulai mencari tahu penyebab si kecil mengalami tantrum. Ajari dia kalimat yang tepat untuk dikatakan ketika mereka menginginkan sesuatu.

Mengajarkan ketrampilan komunikasi dapat membuat si kecil lebih nyaman menyampaikan kondisinya, alih-alih melempar barang atau menangis sebagai bentuk ekspresi ketika sedang emosi.

7. Cegah temper tantrum

Ada hal yang bisa dilakukan orangtua untuk mencegah temper tantrum yaitu mengecek HALT. Apa yang dimaksud dengan HALT?

  • H: hungry, apakah anak sedang kelaparan?
  • A: angry, mungkinkah anak Anda marah?
  • L: lonely, apakah si kecil merasa kesepian?
  • T: tired, apakah anak merasa lelah sehingga meronta-ronta?

Perlu diketahui, anak-anak lebih rentan untuk marah ketika mereka lapar atau kelelahan. Untuk itu, tetapkan rutinitas harian, seperti tidur, makan, istirahat, bermain, hingga screen time.

https://health.kompas.com/read/2022/10/08/180100168/7-langkah-sederhana-mengatasi-tantrum-pada-balita

Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke