Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cuci Darah dan Cangkok Ginjal

Kompas.com - 18/05/2008, 11:17 WIB

Jumlah penderita gagal ginjal di Indonesia memang meningkat. Sebenarnya kakak Anda cukup beruntung karena banyak penderita gagal ginjal tak mendapat kesempatan menjalani cuci darah, biasanya disebabkan biaya cuci darah yang cukup mahal padahal tindakan cuci darah harus dilakukan 2-3 kali seminggu seumur hidup. Jadi, dapat kita bayangkan berapa biaya yang harus disediakan.

Jika kakak Anda harus membayar sendiri, mungkin beliau harus mengeluarkan uang sampai jutaan rupiah untuk cuci darah serta konsultasi dokter, pemeriksaan laboratorium, dan biaya lainnya.

Cangkok ginjal memang merupakan terapi pilihan untuk gagal ginjal terminal. Gagal ginjal di Indonesia biasanya disebabkan infeksi, batu, dan diabetes melitus. Belakangan ini kasus gagal ginjal pada penderita lupus eritematosus sistemik juga meningkat. Ini menambah antrean penderita yang memerlukan cuci darah.

Tindakan cangkok ginjal di Indonesia sudah lama dilaksanakan, bahkan terapi ini sudah tersebar di beberapa kota besar, tidak hanya di Jakarta.

Pelopor cangkok ginjal di Indonesia, mendiang Prof Sidabutar, telah berupaya menjadikan terapi cangkok ginjal lebih mudah diakses masyarakat yang memerlukan. Halangan utama yang dihadapi adalah kurangnya donor ginjal serta biaya terapi yang mahal.

Untuk mengatasi kekurangan donor ginjal, profesi kedokteran telah meminta fatwa para tokoh agama untuk menjelaskan kepada masyarakat bahwa mendonorkan ginjal merupakan tindakan halal dan bahkan merupakan tindakan mulia. Di negara yang banyak melakukan cangkok ginjal donor ginjal yang banyak adalah justru dari donor jenazah, bukan dari orang hidup. Majelis ulama setahu saya telah membenarkan pengambilan ginjal donor dari jenazah ini.

Di beberapa negara, orang yang meninggal karena kecelakaan lalu lintas, misalnya, ginjal akan digunakan sebagai donor sewaktu orang tersebut mengalami mati batang otak. Ginjal yang disumbangkan akan bermanfaat untuk mereka yang memerlukan.

Kenyataannya, di Indonesia donor ginjal masih dari orang hidup sehingga sulit mendapatkan ginjal dalam jumlah lebih banyak. Donor ginjal dari jenazah (kadaver) belum berjalan.

Masalah kedua adalah biaya. Cangkok ginjal memerlukan tindakan operasi, obat untuk menekan penolakan ginjal yang dicangkokkan, serta berbagai obat penunjang keberhasilan cangkok ginjal. Biayanya memang dapat mencapai ratusan juta rupiah, tetapi menurut perhitungan pakar sebenarnya biaya cangkok ginjal lebih murah daripada biaya cuci darah yang berkepanjangan.

Masyarakat memang amat berharap asuransi kesehatan, utamanya milik pemerintah, dapat memelopori dukungan terhadap biaya cangkok ginjal ini. Meski kita memahami pengeluaran biaya cangkok yang besar secara sekaligus ini akan memberatkan keuangan perusahaan asuransi, tetapi kita juga memahami keputusan tersebut memerlukan perhitungan dan pertimbangan matang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com