Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mitos Makanan dan Seks

Kompas.com - 11/06/2008, 10:50 WIB

Kendati belum ada penelitian mendetail, mengonsumsi telur lebih bagus untuk kesehatan dibanding tak mengonsumsinya sama sekali.

Hanya saja disarankan untuk mengonsumsi telur matang ketimbang telur mentah atau setengah matang. Soalnya, protein yang terkandung dalam telur cukup susah dicerna seperti halnya protein hewani semisal daging yang harus dimasak lebih dulu.

* TERUNG SEBABKAN LOYO

Siapa bilang? Belum ada pembuktian ilmiahnya, kok. Mungkin lantaran orang begitu terpaku pada persamaan bentuk terung dengan penis. Padahal, meski sepintas terlihat sama, penis dipenuhi pembuluh-pembuluh darah yang otomatis akan terisi penuh begitu terjadi peningkatan libido atau dalam keadaan terangsang. Sementara terung, diapa-apain pun akan tetap loyo karena strukturnya memang berbeda. Nah, cuma mitos, kan?

* NANAS & PISANG BIKIN BECEK

Semasa gadis, pernah nggak Bu dilarang makan nanas dan pisang oleh orang tua? Padahal, tak ada bukti ilmiahnya lho. Jadi, sama sekali tak beralasan kelewat takut dan membatasi diri untuk menyantapnya. Apalagi, tak ada kaitan jelas antara mengonsumsi buah-buahan tersebut dan kerja organ-organ seksual, baik pria maupun wanita.

Nanas dan pisang malah mengandung zat-zat tertentu yang dibutuhkan tubuh, terutama vitamin C dan kalium dalam pisang yang justru berkhasiat menahan cairan tubuh. Lagi pula kondisi basah sebetulnya merupakan pertanda alamiah bahwa pihak istri telah siap menerima kehangatan dari suaminya. Sementara kondisi kering malah akan menimbulkan lecet dan rasa sakit yang bakal menyiksa keduanya.

Boleh dibilang yang paling berperan dalam hal ini adalah sensitivitas dan kekencangan otot-otot tubuh, terutama otot-otot dasar panggul yang melingkari tulang organ kelamin. Kedua hal inilah yang amat berperan menentukan daya cengkeram sekaligus meningkatkan kualitas hubungan suami-istri. Jadi, pada mereka yang sensitivitasnya tak mengalami gangguan, tersentuh sedikit saja sudah akan terbangkitkan gairahnya.

Jika pun menurun tingkat kepekaannya, entah pada bagian-bagian tertentu atau justru seluruh tubuh, toh masih memungkinkan untuk diterapi lewat pengobatan dan pelatihan. Sambil tak lupa menggali akar permasalahannya kenapa bisa terjadi demikian, mengingat akibatnya dirasakan secara fisik, meski awalnya bersifat psikis.

 Penulis : Th. Puspayanti

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com