Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jangan Remehkan Gejala Awal TBC

Kompas.com - 13/08/2008, 19:19 WIB

WATES, RABU – Penanganan penyakit menular tuberkulosis atau TBC di Kulonprogo belum bisa maksimal karena pasien pada umumnya terlambat memeriksakan diri. Tidak hanya itu, pasien juga kurang memiliki motivasi diri untuk sembuh.

Disampaikan Petugas Program TBC Dinas Kesehatan Kulonprogo Slamet Riyanto, Rabu (13/8) di Wates, Kulonprogi, keterlambatan pemeriksaan disebabkan oleh sikap pasien yang cenderung meremehkan gejala awal TBC. Bahkan, apabila gejala penyakit sudah cukup parah, seperti misalnya batuk disertai nyeri di dada, pasien juga tidak langsung memeriksakan diri ke puskesmas.

“Mereka justru mencari pengobatan alternatif dengan metode pijat atau mengonsumsi jamu. Ini justru amat berbahaya bagi pasien, karena penyakit TBC akan semakin parah, dan kemungkinan akan menulari banyak orang,” kata Slamet saat ditemui di Wates, Rabu (13/8).

Secara terpisah, Perawat Balai Pencegahan dan Pengobatan Penyakit paru (BP4) Wates Triasih mengakui, terdapat banyak pasien baru TBC yang kondisi penyakitnya sudah cukup parah. Meskipun demikian, pasien masih bisa disembuhkan dengan pengobatan yang intensif dan teratur.

Slamet pun mengimbau warga Kulonprogo untuk tidak ragu memeriksakan diri ke puskesmas bilamana mengalami gejala-gejala penyakit tuberkulosis seperti batuk, demam, berat badan turun, dan perasaan gelisah. Hampir semua puskesmas di Kulonprogo dilengkapi dengan alat pemeriksa dahak dan seluruh proses pemeriksaan dan pengobatan bebas biaya.

Berdasarkan data yang dimiliki Dinas Kesehatan Kulonprogo, pada tahun 2007 terdapat 1985 suspek penderita TBC dengan jumlah penderita basil tahan asam (BTA) positif mencapai 195 orang, dan jumlah penderita meninggal sekitar empat orang. Sedangkan hingga pertengahan tahun 2008, terdapat sekitar 1005 suspek penderita TBC, BTA positif sekitar 66 orang, dan belum ada yang meninggal.

“Jika dilihat, kecenderungan jumlah penderita TBC selalu stagnan setiap tahun. Bilamana ada perubahan, tidaklah amat siginifikan dibanding periode waktu sebelumnya. Kami juga masih menyelediki penyebabnya,” kata Slamet.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com