Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Ancaman Trigliserida

Kompas.com - 12/11/2008, 10:02 WIB

BAGI mereka yang selalu memantau kadar lemak dalam darah, kata trigliserida mungkin bukan istilah yang asing di telinga. Trigliserida merupakan lemak utama di dalam tubuh yang sangat erat kaitannya dengan kolesterol, di mana keduanya mempunyai hubungan yang tidak dapat dipisahkan dalam proses metabolisme

Sejumlah riset baru-baru ini mengindikasikan, jenis lemak yang satu ini patut diwaspadai karena dapat menjadi ancaman yang lebih serius bagi kesehatan. Berkaca dari riset tersebut, para ahli menekankan pentingnya dilakukan penanganan trigliserida secara lebih baik.

Suatu studi awal pekan ini menyatakan, fenomena warga dengan kadar trigliserida tinggi di Amerika Serikat semakin nyata. Presentase pengidap trigeliserida tinggi kian meningkat dalam tiga dasawarsa terakhir dan tampaknya dipicu oleh maraknya kasus obesitas.

Dalam riset lainnya, para ilmuwan Denmark melaporkan bahwa tes darah tanpa puasa menunjukkan adanya hubungan kuat antara kadar trigliserida tinggi dan rsiko stroke akibat penggumpalan darah.

Trigliserida merupakan lemak darah yang secara khusus  berada pada lapis kedua low-density lipoprotein atau LDL, yang dikenal sebagai kolesterol "jahat" karena perannya dalam memicu serangan jantung dan stroke. Obat penurun kolesterol yang dikenal sebagai 'statin' memang dapat mengurangi LDL, tapi obat itu seringkali tak mampu menurunkan  trigliserida -- lemak darah yang diperoleh dari makanan yang dikonsumsi  dan lemak dalam tubuh. 

Trigliserida sendiri adalah faktor risiko independen penyakit jantung, yang merupakan penyebab utama kematian di AS.  Trigliserida dan lemak lain biasanya diukur setelah orang berpuasa selama delapan sampai 12 jam.

Penelitian di Denmark yang dimuat Journal of the American Medical Association, Borge Noerdestgaard dari Copenhagen University Hospital menganalisis kadar trigliserida tanpa harus berpuasa untuk melihat seberapa baik mereka dapat meramalkan risiko stroke.

Misalnya, orang yang berusia 55 tahun atau lebih dengan kadar trigliserida tertinggi --di atas 443 miligram per desiliter-- memiliki 17 persen risiko stroke dalam waktu 10 tahun. Sementara orang dengan kadar trigliserida paling rendah, 89 persen per deciliter, memiliki resiko sebesar 3 persen untuk terserang stroke.

"Trigliserida orang yang tak berpuasa bahkan mungkin lebih baik dibandingkan trigliserida orang yang berpuasa dalam meramalkan resiko," ungkap Nordestgaard.

Ia mengatakan, pemeriksaan tanpa puasa jauh lebih meyakinkan bagi pasien, suatu faktor yang mungkin memudahkan pemeriksaan bagi  banyak orang.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com