Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspadai Kelainan Retina pada Bayi Prematur

Kompas.com - 11/01/2009, 22:07 WIB

 

JAKARTA,MINGGU-Orangtua yang memiliki bayi yang lahir prematur harus waspada. Salah satu penyebab kebutaan anak di negara maju dan beberapa negara berkembang adalah Retinophaty of Prematurity (ROP), yaitu kelainan retina pada bayi-bayi prematur.

"Karena itu kerjasama antara dokter anak dan dokter mata itu sangat penting," kata ahli mata dari RSCM/FKUI Dr Rita Sitorus SpM(K) PhD saat seminar mengenai Management Preterm Infant and ROP di Jakarta, Sabtu (10/1).

ROP pada bayi prematur dapat disertai gangguan penglihatan yang minimal atau disertai dengan adanya pertumbuhan pembuluh darah abnormal di retina yang pada akhirnya dapat mengakibatkan ablasio retina. Semakin muda dan kecil bayi yang hidup maka semakin besar pula risiko ROP pada bayi tersebut. Ada beberapa hal yang menyebabkan munculnya ROP pada bayi prematur, di antaranya adalah pemberian oksigen pada bayi prematur.

Staf ahli bagian Perinatologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI Dr Anita Juniatiningsih SpA menyatakan, pada bayi yang lahir kurang dari 750 gram juga berisiko terkena ROP. Selain itu, saturasi oksigen yang tinggi meningkatkan risiko ROP. Begitu juga pada bayi-bayi prematur yang mendapat transfusi darah, maka kadar besinya akan makin tinggi.

Insiden ROP pada bayi laki-laki sedikit lebih tinggi daripada bayi perempuan. Bayi prematur kurang dari 32 minggu atau berat badan kurang dari 1.500 gram berisiko tinggi mengalami ROP. Sekitar 20 persen bayi lahir prematur akan mengalami strasbismus atau kelainan refraksi ketika usia mereka mencapai tiga tahun. Oleh karena itu, skrining bayi prematur dengan atau tanpa risiko ROP perlu dilakukan secara rutin tiap enam bulan. Dengan adanya skrining pada bayi prematur diharapkan ROP dapat terdeteksi sedini mungkin sehingga dapat diterapi secara optimal.

"Identifikasi dini ini penting karena ROP berpotensi penyebab kebutaan pada anak, khusus di kota besar untuk bayi prematur tinggi jumlahnya. Ini bisa dicegah kebutaannya, jika ditangani lebih dini," kata Rita Sitorus.

"Deteksi dini memang perlu, tetapi tidak semua memerlukan treatment. Dokter mata yang tahu mana yang perlu ditreatment. Karena ketakutan terjadi malpraktik, beberapa pasien saya datang saat stadium sudah mencapai 4-5 atau stadium tinggi dengan riwayat lah ir prematur. Ini sudah terlambat," papar Rita.

Karena itu, kepedulian dokter anak perlu ditingkatkan. Dokter anak perlu memperhatikan pasien-pasien yang lahir prematur yang perlu mendapat penanganan dokter mata.

Kapan seorang anak perlu diperiksa untuk skrining ROP? Pemeriksaan awal bisa dilakukan pada 4-6 minggu usia kronologis. "Kita bisa bayangkan bayi prematur yang matanya sangat kecil diperiksa, tetapi dengan skill dokter mata, itu bisa dilakukan dalam beber apa periode waktu tertentu. Ada pemeriksaan zona tertentu, kapan harus difollow up itu tergantung dari level ROP tersebut. Kapan berhenti untuk skrining ROP? Sampai kita yakin tidak ada risiko serius untuk jadi ROP," papar Rita Sitorus.

Setelah masa itu berakhir, masih diperlukan follow up jangka panjang. Tidak saja memeriksa retina tetapi juga memperhatikan risiko jangka panjang.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com