1. Coba-coba
Perilaku coba-coba untuk memperoleh pengalaman seksual baru sering dilakukan antarsahabat. Laki-laki yang telah beristri mencoba pengalaman seksual baru dengan sahabat laki-lakinya. Demikian juga perempuan yang telah bersuami, mencoba pengalaman seksual baru dengan sahabat perempuannya. Perilaku biseksual ini dapat juga muncul dari hasil coba-coba antara laki-laki homoseksual dan sahabat perempuannya atau antara perempuan lesbian dan sahabat laki-lakinya. Jadi, fenomena orientasi seksual itu memang kompleks atau pelik dan tidak dapat dilihat hanya pada perilaku yang tampak di permukaan (overt behavior).
2. Seks bebas (free sex)
Para penganut seks bebas seringkali mengadakan pesta seks yang dihadiri banyak orang dengan berbagai ragam orientasi seksual. Dalam keadaan semacam ini sangat terbuka kemungkinan coba-coba melakukan hubungan biseksual. Bila dalam melakukan hubungan itu mengalami kenikmatan seperti diharapkan, perilaku tersebut cenderung diulang-ulang sehingga ia dapat berkembang menjadi orang yang memiliki perilaku biseksual.
3. Kebutuhan emosional yang tak terpenuhi
Hasil penelitian tentang seksualitas ganda menunjukkan bahwa para wanita biseksual mempunyai beberapa kebutuhan emosional yang hanya dapat dipenuhi oleh laki-laki, sementara beberapa kebutuhan emosional lainnya menurut mereka hanya dapat dipenuhi perempuan. Untuk memenuhi seluruh kebutuhan emosional tersebut mereka memiliki peran seksualitas ganda.
4. Kebutuhan akan variasi dan kreativitas
Hasil penelitian terhadap pria biseksual menunjukkan bahwa kebanyakan mereka menjadi biseksual karena ingin memenuhi kebutuhan akan adanya variasi dan kreativitas untuk mendapatkan kepuasan dan kenikmatan dalam melakukan hubungan seksual.
Dalam kasus di atas, Sari mampu menampilkan diri sebagai seorang yang setia dan penuh kasih sayang terhadap keluarganya, tetapi di balik itu ia berselingkuh dengan sesama jenisnya. Pertemuan dengan teman selingkuh ini dibangun mulai dari persahabatan dalam organisasi sosial yang diikutinya.
Dari relasi itu akhirnya beberapa kebutuhan emosional yang tidak dapat dipenuhi oleh suami (perhatian, kasih sayang, perasaan diterima, dan sebagainya) terpehuhi oleh orang lain. Kedekatan ini kemudian dilengkapi dengan ekspresi fisik, yang akhirnya mengarah pada kegiatan seksual.
Perilaku biseksual termasuk penyimpangan kegiatan seksual yang tidak sesuai dengan norma agama maupun masyarakat. Oleh karena itu, kaum biseksual menghadapi masalah yang sama dengan para gay dan lesbian. Mereka pada umumnya lebih tertekan daripada kaum gay atau lesbian karena identitas seksual mereka dianggap tidak jelas. Sana-sini mau atau AC/DC adalah cemoohan buat kaum biseksual.
Karena besarnya tekanan tersebut, kaum biseksual pada umumnya lebih mudah mengalami gangguan mental dibandingkan dengan mereka yang heteroseksual (normal) maupun homoseksual/lesbian. Sebuah penelitian di Australia yang dimuat dalam British Journal of Psychiatry menemukan bahwa orang-orang biseksual mempunyai perasaan yang sangat dalam terhadap kegelisahan, depresi, dan berbagai pikiran negatif lainnya.
Berkaitan dengan kasus di atas, dapat dipahami kalau ibu muda tersebut sangat tertekan, gelisah, bahkan depresi menghadapi kenyataan dirinya yang telah “telanjur” menjadi biseksual. Ia ingin keluar dari situasi yang menyesakkan dirinya itu.
Mungkinkah? Tentu saja mungkin. @
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.