Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mencari Pertemuan Jawa-Tai Chi

Kompas.com - 09/02/2009, 07:23 WIB

Di manakah titik temu antara gerak Tai Chi dan tari Jawa klasik? Kedua tradisi berbeda itu bertemu pada hasrat untuk menyelaraskan diri dengan energi alam.

Lihat saja pentas tari ”Song of Body” karya Danang Pamungkas (30), koreografer asal Solo yang kini menjadi penari di Cloud Gate Dance Theater of Taiwan. Danang tampil bersama dua penari lain, Rianto dan Luluk Ari, di Teater Salihara, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, 2-3 Februari 2009. Tata cahaya ditangani Sugeng Yeah, dengan musik dari Philip Glass Song and Poems for Solo Cello.

Sejak awal, pertunjukan tari ini memang berhasrat menyeret penonton masuk dalam suasana alam. Lantai panggung dipenuhi hamparan pasir laut, sebagian dionggokkan menyerupai dua gundukan. Di bawah sorotan lampu temaram, hamparan pasir dengan permukaan berbarik-barik itu menyerupai pemandangan pantai pada malam yang berangin.

Danang muncul bertelanjang dada, hanya bercelana gombrong warna merah marun. Bersamaan dengan alunan musik Philip Glass yang menuntun, dia berjingkat untuk merespons hamparan pasir. Butiran pasir diraup, digenggam, lantas diawur-awurkan.

Penari berambut cepak itu kemudian meliuk-liuk pelan. Tangannya bergerak memutar lembut, seperti air mengalir. Dalam geliat yang makin berbobot, tangan dan kaki itu bergeser membentuk irama seperti mengaduk air dan udara. Makin lama, makin kentara, gerak itu bermuara pada pola tai chi yang terkenal itu.

Muncul penari kedua, juga bertelanjang dada dan bercelana gombrong. Masih dalam irama gemulai, dia berputar, meloncat, dan bergerak dengan landasan pola tai chi tadi. Begitu pula penari ketiga yang hadir belakangan.

Kuda-kuda kaki para penari itu kokoh mengentak lantai. Dengan perut kembang kempis akibat konsentrasi pernapasan, mereka seakan menyerap energi bumi, lantas mengedarkannya ke seluruh tubuh. Pada puncak-puncak gerak, tubuh mereka menggeletar menguari energi yang memendar-mendar.

Spirit tari Jawa mengental lewat tempo lambat yang menciptakan suasana meditatif. Sesekali gerak jari dan lengan penari menyerupai kelembutan gerak tari Jawa klasik. Persentuhan tai chi dan Jawa itu lebih cair lantaran dijalin dengan semangat kebebasan tari kontemporer.

Kebebasan itu pula yang mengantarkan ketiga penari itu keluar masuk dengan leluasa. Mereka saling merespons, bertaut, berbagi energi. Suatu saat mereka bergerak seragam, lain kali memisah sendiri-sendiri. Kadang, masuk juga pola tari balet dengan tubuh saling menumpu dan memutar anggun.

Pada satu titik, Danang maju ke depan, meraup pasir, lantas berdiri mematung. Dalam keheningan, dia mendongak, menatap butir-butir pasir yang jatuh meluruh mengikuti sedotan gravitasi bumi.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com