Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hepatitis C, Makin Dini Periksanya Makin Cepat Sembuhnya

Kompas.com - 12/02/2009, 21:45 WIB

PENYAKIT hepatitis C bisa disembuhkan jika dilakukan diterapi sejak dini. Sayangnya, banyak pasien baru berobat ketika penyakitnya sudah menahun dan mengalami komplikasi sehingga akan mengalami penurunan kinerja, produktivitas, dan kemampuan bekerja.

”Hepatitis C bisa disembuhkan bila diterapi sejak dini. Karena itu, diagnosis dini sangat penting dilakukan,” kata Ketua Kelompok Kerja Hepatitis Departemen Kesehatan Prof Ali Sulaeman, Rabu (11/2) di Jakarta.

Menurut ahli hati dari Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM), Prof Laurentius A Lesmana, terapi hepatitis C kronik (menahun) dapat mencegah progresi ke arah sirosis dan kanker hati.

Pada hepatitis C, sekitar 20 persen akan sembuh sendiri. Sebanyak 80 persen mengalami infeksi kronik yang dalam 15-20 tahun berkembang menjadi sirosis hati. Dari mereka itu, 75 persen menderita sirosis ringan, 20 persen sirosis berat, dan sisanya menjadi kanker hati.

Meski telah didiagnosis terserang hepatitis, pasien tidak perlu takut. Dengan pengobatan teratur meski cukup lama, 1-6 tahun, virus pada pasien bisa dinyatakan negatif. Bagi penderita dengan kemampuan ekonomi lemah yang tidak dijamin asuransi bisa memilih interferon standar. Obat ini efektif digunakan bagi penderita bila diberikan sejak dini.

Dengan berkembangnya penatalaksanaan hepatitis C, kini kesempatan pasien untuk sembuh meningkat. Pegylated interferon dan ribavirin merupakan baku emas terapi hepatitis C kronik. ”Sayangnya, biaya terapi masih mahal atau enam kali dibandingkan dengan interferon standar,” katanya.

Terapi ini diberikan untuk menekan jumlah virus di dalam tubuh seminimal mungkin. Bila dalam enam bulan tanpa terapi ternyata virus itu negatif atau tidak terdeteksi lagi, penderita dinyatakan mendapat respons permanen. Namun, terapi ini menimbulkan efek samping seperti nafsu makan turun dan tidak bugar.

Oleh karena itu, terapi baru diberikan bila nilai SGOT/SGPT atau kadar enzim hati dua kali di atas normal, terjadi replikasi virus aktif, dan hasil biopsi menunjukkan ada peradangan hati. Agar tidak mengalami komplikasi, tes darah hepatitis C perlu dilakukan secara rutin.

Lesmana menjelaskan, efektivitas terapi hepatitis C dipengaruhi tipe virus, jumlah virus, dan lama infeksi. Tipe 1 dan 4 lebih sulit dieradikasi dibandingkan dengan tipe 2 dan 3. ”Di Indonesia kasus infeksi virus tipe 1 paling banyak ditemukan,” ujarnya.

Lama infeksi juga memengaruhi tingkat keberhasilan terapi. Semakin muda usia penderita, maka respons terhadap terapi kian baik. ”Kebiasaan mengonsumsi alkohol dan infeksi HIV juga mempercepat perkembangan penyakit itu menjadi sirosis hati,” kata Lesmana menambahkan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com