BOJONEGORO, KOMPAS.com — Tiga warga Kelurahan Karangpacar, Kecamatan Kota, Bojonegoro, Jawa Timur, ikut menjadi korban tewas akibat jebolnya tanggul Situ Gintung, Kelurahan Cirendeu, Kecamatan Ciputat, Tangerang, Banten, Jumat (27/3).
Ketiganya adalah Siti R, asal Ponorogo dan anaknya yang baru berusia enam bulan serta pembantunya, Darsih (31), asal Dusun Warang, Desa Sumurcinde, Kecamatan Soko, Tuban, Jatim. Siti adalah istri Putut Dwiantoko, yang terluka dalam musibah itu dan wajahnya sempat ditayangkan di televisi saat menggendong jenazah anaknya.
"Para tetangga dan saudara seharian kemarin ’takziah’ ke rumah Pak Suwito (ayah dari Putut Dwiantoko)," kata kerabat korban musibah Situ Gintung asal Bojonegoro, Suparno (54), di Kelurahan Karangpacar, Sabtu (28/3).
Suwito bersama keluarganya hari ini pergi ke Ponorogo karena jenazah Siti R dan anaknya akan dimakamkan di Ponorogo. Sementara itu, pembantunya yang juga tewas, Darsih, akan dibawa ke tempat asalnya di Dusun Warang, Desa Sumurcinde, Kecamatan Soko, Tuban.
Adapun keluarga Suwito dan para tetangga tahu peristiwa nahas itu dari siaran TV. Dalam tayangan di TV tersebut, terlihat Putut Dwiantoko di atas kursi roda sedang membopong mayat anaknya yang terbungkus kain kafan. "Tadi pagi gambar itu juga ditayangkan lagi di TV," kata Suparno.
Dari informasi yang diterima kerabat, Putut Dwiantoko bisa selamat setelah naik ke atas genteng, saat air bah datang secara mendadak. Namun, ia tidak berhasil menolong istri dan anaknya.
Darsih, janda dengan tiga anak, ikut keluarga Putut Dwiantoko di Tangerang sekitar enam bulan yang lalu. Adapun Putut yang bekerja sebagai karyawan BNI dan Siti R, sebagai guru, sudah lama menetap di Tangerang.