Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Makanan Beku, Efektif untuk Diet?

Kompas.com - 03/04/2009, 17:23 WIB

Kompas.com - Kesibukan memang sering tidak kenal kompromi. Mau tak mau, makanan dan minuman kemasan jadi pilihan. Produk makanan beku pun mudah didapat di swalayan mana saja dengan pilihan yang beragam. Mulai dari pizza, roti mantau (sejenis bakpau), hingga gyoza (siomay Jepang). Pertanyaannya, betulkah makanan beku (frozen food) tak baik dikonsumsi, seperti anggapan banyak orang? Dapatkah makanan kemasan memenuhi gizi sehari-hari, dan seberapa efektif untuk program diet kita?

Rita Hutabarat, Ketua Komisi Tetap Urusan Standarisasi Quality Produk Peternakan, Perikanan, dan Marine, di Kadin, menepis anggapan bahwa makanan beku tidak aman dikonsumsi. "Pandangan ini salah. Orang tidak tahu bahwa pembekuan adalah salah satu teknologi pengawetan yang bertujuan mematikan bakteri hingga nol. Makanan yang dibekukan tak perlu diberi bahan pengawet," ujar doktor teknologi pangan lulusan New South Wales University ini.

Rita bercita-cita menciptakan produk makanan siap saji yang praktis, lezat, plus bernilai gizi. Pertengahan tahun lalu, Rita meluncurkan Quick & Tasty, menu makanan lengkap dalam kemasan yang dibekukan. Produk kebanggaan Rita ini terbilang baru, inovatif, dan pertama di Indonesia. Produk ini ditawarkan sebagai solusi bagi orang yang selalu beralasan tak punya waktu untuk makan sehat dan teratur. Anda tinggal menghangatkannya di microwave selama 4 menit saja.

Namun bagaimana kita tahu apakah produk-produk makanan yang beredar di pasaran sudah memenuhi kandungan gizi atau tidak?

Pada kemasan berbagai produk makanan beku umumnya sudah dicantumkan label kandungan gizi. Jadi, kita tak perlu repot lagi menghitung kalori dan nutrisi. Dari hitung-hitungan itu pula, kita bisa memilih mana yang pas untuk kebutuhan. Berita menarik datang dari penelitian University of Illinois yang dilakukan pada tahun 2004. Dari hasil pengamatan, wanita yang mendapat asupan 1.365 kalori per hari dari makanan beku, berat badannya turun 2,5 kg lebih banyak dibanding wanita yang mengasup jumlah kalori  yang sama dari makanan biasa. Penyebabnya?

Coba lihat label gizi pada kemasan. Selain mempermudah mengatur jumlah kalori, juga menjadi patokan tepat untuk asupan lemak dan protein yang berpengaruh penting terhadap keberhasilan diet.

Karena itu, makanan beku boleh dikonsumsi, bila kita termasuk orang yang malas menakar kalori. Makanan beku juga akan sangat membantu mereka yang berjadwal padat. Anjuran kalori untuk wanita Indonesia yang sedang berdiet adalah 1200 kalori. Patut diingat, sumber kalori juga harus seimbang. Limapuluh sampai enampuluh persen dari karbohidrat, 20-25 persen dari protein, dan 20-25 persen lagi dari lemak.

Sebaiknya dihindari jika kita termasuk orang yang mementingkan kualitas rasa saat menyantap makanan. Pasalnya, kelezatan makanan beku tidak sebanding dengan makanan yang diolah sendiri. "Makanan beku tidak memberi stimulasi cita rasa yang cukup. Akibatnya, kita terdorong mencari makanan tambahan atau camilan," demikian menurut Wahida Karmally, DrPH, direktur bidang nutrisi di Irving Central for Clinical Research, Columbia University.

Makanan beku juga tak dianjurkan bagi penderita darah tinggi. Sebab, banyak makanan beku mengandung sodium tinggi. Sementara, konsumsi sodium kita tidak boleh lebih dari 2300 mg sehari. Sebelum membeli, periksa dulu label gizi di kemasan. Bila kandungan sodiumnya lebih dari 800 mg per sajian, sebaiknya lupakan saja.

"Karena mudah dan praktis, makanan beku dapat membuat kita ketagihan," kata Donald Hensrud, MD, pakar di bidang obesitas dari Mayo Clinic. Karena ketagihan, kita sering lupa kalau banyak makanan beku yang tidak menyediakan serat yang cukup. "Tambahkan buah dan sayur setiap hari. Tanpa perlu menambah jumlah kalori. Kebutuhan serat kita tidak boleh kurang dari 30% dari seluruh porsi makanan dalam satu hari," demikian penjelasan Karen Collins, RD, ahli nutrisi dari American Institute of Cancer Research.

Selain itu, produk makanan beku umumnya juga lebih mahal daripada makanan yang dimasak sendiri. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Rita Hutabarat untuk produknya. Hal ini dikarenakan komoditasnya yang juga mahal. Karena itu Rita terus berusaha membuat produk sejenis dengan standar kualitas yang sama, namun bisa dijual dengan harga lebih murah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com