Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Atasi Kekakuan Sendi dengan Senam Rematik

Kompas.com - 25/04/2009, 03:26 WIB

Jakarta, Kompas - Penyakit rematik ternyata tidak hanya menyerang orang lanjut usia. Rematik pun kini menyerang orang muda, anak-anak, bahkan bayi. Penyakit rematik tidak mematikan, tetapi menurunkan kualitas hidup penderitanya.

”Rematik merupakan penyakit yang dianggap sepele. Saat orang menginjak usia lanjut, yang dikeluhkan adalah kekakuan sendi atau otot,” kata Ketua Umum Pengurus Besar Perkumpulan Masyarakat Peduli Rematik Indonesia (PB Permari) Endang B Purnomo di Jakarta, Kamis (23/4).

Menurut Dewan Pakar PB Permari dr Bambang Setyohadi SpPD, penyebab rematik antara lain aktivitas yang dilakukan secara berulang atau sering, pengapuran, dan asam urat. ”Penyakit rematik tertentu punya faktor risiko ras. Penyakit asam urat sangat tinggi pada masyarakat Batak, Toraja, dan Minahasa. Ketiga suku bangsa ini ternyata satu rumpun. Penyakit rematik bisa jadi persoalan gen,” katanya.

Penyakit rematik dapat dicegah, tetapi hanya pencegahan sekunder, seperti dengan berolahraga. Dengan berolahraga, andai kemudian terkena rematik dampaknya tidak terlalu berat.

Dokter Siti Anissa Nuhonni dari Departemen Rehabilitasi Medik RSCM Jakarta mengatakan, secara umum orang mulai menderita penyakit rematik saat menginjak usia 30 tahun. Penyakit ini tidak mematikan, tetapi produktivitas menurun.

Berdasarkan data pasien yang dirawat di RSCM, rematik umumnya menyerang bagian lutut, penderitanya sebagian besar perempuan di atas 50 tahun. Kalau menyerang pada usia muda, rematik bisa menimbulkan peradangan dan kecacatan fisik.

Pada hari Minggu, 3 Mei 2009, pukul 06.30 akan diadakan senam rematik massal oleh 3.000 orang di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, saat peluncuran organisasi Permari. (LOK)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com