YOGYAKARTA, KOMPAS.com — Ketidakpedulian sebagian masyarakat untuk hidup sehat mengakibatkan penyakit tropis di Indonesia sulit diberantas, kata dosen Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) dr Muhammad Ardiansyah.
"Penyakit tropis seperti demam berdarah (DB), tuberkulosis (TB), malaria, dan tifus di Indonesia memang tergolong susah untuk diberantas," katanya di Yogyakarta.
Meskipun penanganan pemerintah atas penyakit tersebut sudah dilakukan secara berkelanjutan, kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat membuat kasus-kasus penyakit tropis terus bermunculan.
Ia mengatakan, sejauh ini pemerintah sudah mengupayakan berbagai pencegahan, di antaranya dengan imunisasi untuk TB, pengasapan untuk DB, kampanye 3 M (menutup, mengubur, menguras), serta kampanye kebersihan dan hidup sehat.
Namun, menurut dia, kurangnya kesadaran masyarakat untuk hidup sehat mengakibatkan upaya pemberantasan penyakit tropis tersebut menjadi tidak maksimal. Bahkan, terkadang pasien yang sudah terkena penyakit pun sulit untuk dinasihati.
"Contohnya, banyak pasien yang malas minum obat ketika proses penyembuhan TB karena prosesnya memakan waktu yang lama," kata Koordinator Bidang Kemahasiswaan FK UMY itu.
Ia mengatakan, kurangnya kesadaran masyarakat mengenai cara hidup sehat itu menjadi salah satu penyebab kasus-kasus penyakit tropis terus bermunculan secara tiba-tiba.
"Contoh kasus di Indonesia yang bisa dikategorikan sebagai silent disease adalah DB. Lama tidak ada penderita DB, kemudian secara tiba-tiba muncul kasus DB dalam jumlah besar," katanya.
Menurut dia, sebagai negara beriklim tropis, Indonesia memiliki berbagai penyakit khas yang tidak dijumpai di negara-negara subtropis.
"Di negara-negara yang beriklim subtropis, penyakit tropis seperti DB, TB, malaria, dan tifus hanya dapat ditemui dalam berbagai buku literatur maupun kelas perkuliahan," katanya.