Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 26/10/2009, 08:49 WIB

Setiap organisme, termasuk manusia, dalam kehidupannya cenderung mempertahankan keutuhan menyeluruh sehingga homeostasis terjaga optimal. Untuk itu, terdapat tiga tingkat fungsi defensif manusia yang terintegrasi menyeluruh, yaitu tingkat aspek fisiologis, psikologis, dan sosiologis.

Tujuan kerja integratif ketiga tingkat ini adalah terjaganya keseimbangan fungsional yang tetap memberi peluang optimal bagi tumbuh kembang manusia.

Tekanan fisik atau psikis yang dirasa membahayakan akan mendapat reaksi penyesuaian terintegrasi dari ketiga fungsi manusia tersebut, demi tercapainya homeostasis antarketiga fungsi tersebut. Jadi, guna mempertahankan homeostasis hanya dibutuhkan sedikit energi.

Hal lain yang perlu kita simak adalah dalam proses homeostasis bisa saja tekanan yang sebenarnya melulu tekanan psikis akan memaksa fungsi fisiologis dan sosial ikut berpartisipasi. Mengapa? Karena jalinan integratif antarfungsi tersebut juga bersifat resiprokal, artinya saling mengisi dan diisi.

Satu hal yang umum terjadi dalam proses pembentukan reaksi penyesuaian antartiga tingkat fungsi pertahanan manusia adalah pemanfaatan energi yang dibutuhkan sangat ekonomis, hanya sedikit kebutuhan energi yang dimanfaatkan reaksi pertahanan integratif ini. Kondisi semacam ini disebut psikosomatika yang artinya tekanan psikis mendapat penyeimbang melalui gejala fisik.

Kasus

KS (51), anak ketiga dari delapan bersaudara, berkeluarga dengan empat anak yang masih di bawah usia remaja. Selama sekitar tiga bulan KS mengeluh sering diliputi rasa gelisah, cemas tidak menentu, dan tidak nyaman. Bila dibiarkan, kaki terasa dingin dan lutut bergetar. Keluhan itu muncul setelah ia mendapat perawatan lima hari di rumah sakit karena terserang demam berdarah.

KS sudah beberapa kali konsultasi kepada dokter dan melalui berbagai pemeriksaan laboratorium klinis. Menurut dokter, tidak terdapat gangguan fungsi organ tubuh yang relevan dengan keluhannya sehingga dokter memberi obat penenang dan obat tidur. Tetapi, KS tetap merasa kurang tenang dan tidak bisa tidur nyenyak. KS adalah salah satu konsultan dalam perusahaan keluarga yang cukup mapan.

Hasil pemeriksaan psikologi menunjukkan beberapa kecenderungan berikut:

KS seorang yang menuntut perhatian lingkungan yang tinggi dengan sikap mental kurang tangguh dan mudah menyerah. Daya bangkitnya rendah, tetapi banyak ide prestasi terlampau ambisius. Tampaknya ada kebutuhan kuat memiliki peran sosial dominan serta tampil mengemuka, tetapi KS tidak memiliki peluang sosial cukup untuk memuaskan kebutuhan tersebut.

Analisis

Daya bangkit rendah dan sikap mental kurang tangguh mendorong KS menyerah pada keadaan. Konflik internal psikis, berawal dari ide ambisius yang tidak terealisasi, di satu sisi dan keinginan mendapat peran dominan mencuat secara sosial mengakibatkan meningkatnya kecemasan berlanjut yang tidak teratasi.

Tekanan tersebut sebenarnya melulu psikis yang membuahkan kekecewaan mendalam sehingga berkembanglah reaksi penyesuaian fisik dalam bentuk keluhan sulit tidur. Perasaan kurang tidur, kurang istirahat, mengimbas pada perasaan melemahnya fungsi lutut dan tungkai yang akhirnya menambah parah reaksi penyesuaian fisik, berupa ujung kaki terasa dingin dan gemetaran serta lemas tidak berdaya.

Reaksi penyesuaian sosial agaknya ditandai keengganan masuk kerja, tiduran di rumah tanpa daya, mengisolasi diri dari pergaulan sosial, dan meningkatnya ketergantungan emosional kepada istri. Lingkup kerja pun memberi toleransi tinggi untuk tidak masuk kantor dan bekerja dengan dalih kenyataan kondisi fisik semakin lemah.

Hal tersebut tanpa disadari membuka peluang berkembangnya kondisi fisik pijakan kaki melemah tanpa daya. Jalan menjadi pelan dan seolah tampak akan terjatuh.

Aspek fungsi sosiologis KS meningkatkan kelemahan tampilan fisik KS di hadapan lingkungan kantor dan pergaulannya. Satu hal yang tak disadari KS, ternyata menurunnya kekuatan fisik memberi penguatan sosial untuk terus-menerus meninggalkan tanggung jawab kerja tanpa harus menanggung malu oleh sebutan sebagai ”konsultan tidak bertanggung jawab”.

Intonasi suara, durasi dalam percakapan pun terkesan mengikuti kegamangan tampilan sosok fisik, ungkapan verbal secara menyeluruh pun terkesan gamang, suara melemah, butuh waktu semakin panjang untuk mengungkapkan pendapat, dan nada suara semakin lirih, bahkan terkadang hampir tidak terdengar. Yang paling parah, keterpakuan amat sangat pada percakapan tentang kecemasan, kegelisahan, dan tidak bisa tidur.

Dalam pada itu kinerja integratif fungsi pertahanan aspek fisiologis, psikologis, dan sosiologis menjadi lengkap sehingga tanpa dituntut pemanfaatan energi besar KS dapat melepaskan diri dari tanggung jawab dalam kehidupan keluarga dan sosial tanpa rasa malu dan rasa bersalah. Sementara itu, untuk mendapat homeostasis fungsi pertahanan fisiologis, psikis, dan sosial jelas dibutuhkan pemanfaatan energi besar melalui daya bangkit kuat.

Terapi Perilaku Kognitif adalah metoda dalam psikoterapi yang paling tepat untuk membantu KS keluar dari gejala psikosomatisnya.

Sawitri Supardi Sadarjoen, psikolog

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com