Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penderita Psoriasis Butuh Dukungan Obat

Kompas.com - 29/10/2009, 15:04 WIB

KOMPAS.com - Psoriasis merupakan inflamasi kulit bersifat kronis dan hilang timbul dengan penyebab belum diketahui. Banyak penderita psoriasis yang tidak terdiagnosa dan tertangani secara medis karena kemiskinan dan ketidaktahuan.

Selain perih dan gatal, psoriasis meninggalkan tanda pada kulit, berupa bercak kemerahan yang bersisik dan terus menerus mengelupas. Ada yang hanya punya tanda di siku, lutut, punggung, bahkan ada yang seluruh badan.

Umumnya penderita tidak tahu penyakit apa yang sedang mereka derita. Kalau pun mereka berobat ke Puskesmas dan dokter berhasil mendiagnosanya, namun akan kesulitan mengobatinya, karena di daerah-daerah pemerintah tidak mempersiapkan Puskesmas untuk pengobatan penyakit kulit kemerahan (Erithroderma) seperti dermatitis, eksim atau penyakit kulit lainnya, apalagi Psoriasis. Di Puskesmas salep kulit yang tersedia rata rata adalah krim Hidrokortison, yang hanya efektif pada dermatitis atopik pada bayi, tapi tidak untuk dermatitis lain.

Kita berharap agar pemerintah dapat menyediakan obat-obatan untuk psoriasis dengan harga terjangkau bahkan sampai ke tingkat puskesmas, karena penderita psoriasis itu tidak hanya terkonsentrasi di kota besar saja, namun lebih banyak di pinggir kota dan pedesaan. Selain penyediaan salep, minimal golongan steroid yang lebih baik dari hidrokortison, juga sebaiknya tidak hanya dalam bentuk krim karena banyak kelainan kulit pada psoriasis memerlukan sediaan dalam bentuk salep.

Kalau kita melihat DPHO (Daftar Obat) PT Askes 2009, salep kulit yang tersedia sudah cukup memadai, yaitu dari kelompok steroid berkekuatan sedang seperti (dalam nama generik): betametason, desoxymetason dan diflukortolon valerat, tetapi dengan terapi salep kekambuhan dari psoriasis tetap tinggi.

Pada kenyataannya, salep tersebut juga tidak tersedia di tingkat Puskesmas, lebih banyak hanya ada di rumah sakit tertentu. Akibatnya saudara saudara kita di daerah tidak dapat terjangkau dengan terapi yang memadai. Walau saat ini sudah tersedia obat-obatan terbaru untuk psoriasis dari golongan biologis, namun harganya masih terlalu mahal, dan untuk saat ini para penderira psoriasis boleh bermimpi dulu jika pemerintah dalam hal ini PT ASKES dapat menyediakan obat jenis ini.

Psoriasis sebagai penyakit kronis, tidak pernah sembuh kecuali remisi. Remisi adalah masa dimana  kulit bersih dari penyakit untuk waktu tertentu. Di Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia ada penderita dapat mencapai remisi hingga 30 tahun namun akhirnya psoriasis kambuh kembali.

Ini yang menyebabkan banyak penderita psoriasis merasa frustasi dan stres dalam mencari pengobatan, bahkan ada yang sampai mencari pengobatan ke dukun, terapi alternatif hingga membeli produk suplemen apa saja jika diiming-iming bisa sembuh atau bahkan ada yang mengaku sembuh setelah mengkonsumsi ini atau itu,  sehingga banyak pihak yang berupaya memasarkan produk-produk dengan harga yang mahal dikatakan dapat menyembuhkan dan ternyata semuanya hanya sia-sia saja.

Banyak juga kejadian dimana para dokter kurang bijaksana dalam memberi terapi atau sebaliknya pasien tidak patuh dalam pengobatan. Psoriasis kategori ringan berupa kelainan di siku lengan yang sebenarnya cukup hanya dengan pengobatan topikal (obat luar), namun seakan pasien menderita psoriasis berat diberi terapi sistemik berupa injeksi obat-obat penekan reaksi imunitas tubuh yang dapat menyebabkan komplikasi yang serius bagi pemakainya di kemudian hari.

Pada akhirnya penderita psoriasis harus berusaha berdamai dengan penyakitnya untuk mengatasi rasa frustasi terhadap kulitnya, menerima psoriasis adalah bagian hidup yang tak dapat dipisahkan dari dirinya.

Untuk itu para pasien/penderita yang ingin bertanya dan ingin mencari tahu tentang psoriasis dapat bergabung dengan YPPI  (www.psoriasisindonesia.org dan facebook group Komunitas Peduli Psoriasis Indonesia) yang saat ini saat ini memiliki 760 anggota. Di YPPI tercatat penderita Psoriasis yang paling muda adalah bayi yang baru berusia 7 hari dan yang tertua adalah nenek berusia 102 tahun!

dr. Valy Ongan, Wakil Ketua Yayasan Peduli Psoriasis Indonesia
www.psoriasisindonesia.org
contact@psoriasisindonesia.org

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com