Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korban Alergi Obat

Kompas.com - 09/11/2009, 08:33 WIB

KOMPAS.com — Saya mengalami radang tenggorok dan berobat ke dokter dekat rumah. Saya mendapat terapi antibiotik, antidemam, dan obat alergi. Dua hari setelah itu timbul kemerahan di kulit dan mata terasa gatal. Kemerahan bertambah dan saya kembali ke dokter. Dikatakan saya menderita alergi obat. Obat antibiotik dan obat demam dihentikan dan diberi obat alergi yang lebih kuat.

Ternyata kemerahan di kulit bertambah, kali ini disertai kemerahan di mata dan bintik bintik di kemaluan. Saya jadi khawatir dan kembali ke dokter saya. Kali ini dokter saya merasa perlu merujuk ke dokter spesialis penyakit dalam karena menurut beliau alergi saya termasuk berat.

Dokter spesialis penyakit dalam kemudian menganjurkan saya dirawat karena khawatir terjadi Sindrom Steven Johnson yang merupakan bentuk alergi berat. Saya menuruti nasihatnya dan ternyata memang kelainan kulit bertambah. Merahnya seperti bekas terbakar disertai gelembung. Bibir saya kering dan mulut juga ada luka-luka. Kelainan di kemaluan juga bertambah dan sekarang timbul gelembung cair.

Saya sulit makan sehingga mendapat infus dan obat diberikan melalui suntikan. Saya sungguh tak menyangka bisa mengalami kelainan seperti ini, padahal saya sudah patuh pada semua perintah dokter.

Ilmu kedokteran sudah maju sekarang, apakah alergi obat tidak dapat diramalkan? Apakah ada tes untuk mengetahui apakah seseorang alergi terhadap suatu obat atau tidak? Jika alergi obat terjadi, kenapa tak dapat dikendalikan meski sudah diketahui sejak dini?

Saya dirawat delapan hari dan keluar dari rumah sakit dengan keadaan kulit belum pulih. Untunglah keadaan mata tak parah dan cepat pulih, begitu pula dengan organ vital saya. Saya hanya sopir taksi, biaya pengobatan di rumah sakit membebani keluarga. Istri saya terpaksa menjual gelangnya.

Terima kasih atas penjelasan dokter.

M di B

Alergi obat memang sulit diramalkan, tetapi kita dapat berusaha mengurangi risiko terjadinya. Caranya dengan menggunakan obat jika perlu saja.

Alergi obat dapat timbul pada obat yang diresepkan dokter, tetapi juga dapat terjadi pada obat bebas yang biasa dijual di warung. Jika penggunaan obat tidak sering dilakukan tentu risiko alergi juga menurun. Cara lain adalah setiap orang mencatat obat yang pernah menimbulkan alergi pada tubuhnya. Meski ada obat yang digolongkan berisiko tinggi menimbulkan alergi obat, timbulnya alergi obat pada seseorang dapat disebabkan obat yang berbeda.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com