Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemberian ASI Menuntut Peran Laki-laki

Kompas.com - 22/12/2009, 08:16 WIB
Salah satu masalah kesehatan yang cukup menonjol di Nusa Tenggara Timur adalah tingginya angka kematian bayi dan kasus gizi buruk. Kuncinya ternyata terletak pada perilaku ibu. 

 

Bayi mestinya mendapat air susu ibu (ASI) eksklusif selama enam bulan. Selama masa itu, bayi sebaiknya tidak mendapat makanan tambahan. Idealnya, bayi mendapatkan ASI selama dua tahun.

Namun, kesulitan hidup menyebabkan ibu-ibu harus segera pergi ke ladang membantu perekonomian keluarga. Bayi yang baru berumur dua atau tiga bulan pun ditinggalkan dan terpaksa mendapat makanan tambahan selain ASI.

”Bayi yang baru berumur empat bulan sudah dikasih air putih atau bubur encer. Ini tidak benar,” kata Yakobus Mali (56), salah seorang kader posyandu laki-laki di Desa Manleten, Kecamatan Tasifeto Timur, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Bukan cuma Mali yang menjadi kader posyandu laki-laki. Di desa tersebut setidaknya ada delapan kader posyandu laki-laki yang bekerja secara sukarela. Mereka merasa tergerak untuk mengampanyekan pemanfaatan ASI demi menurunkan angka kematian bayi dan menekan jumlah kasus bayi gizi buruk.

Sangat paham

Bukan cuma semangat yang mendasari kader posyandu laki-laki mengampanyekan penggunaan ASI. Mereka juga sangat paham, menjelaskan bagaimana cara memberikan ASI yang baik bagi bayi.

Dalam sesi tanya jawab, misalnya, seorang bidan pelatih mengatakan, ”Agar ASI lancar, posisi dan perlekatannya harus benar. Dagu bayi harus menempel di payudara.” Sri Budiati, bidan Puskesmas Wedhi di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, sengaja didatangkan ke Kabupaten Belu, awal Desember lalu.

Ia kembali mengingatkan pentingnya ASI bagi bayi dan posisi menyusui dengan memasukkan sebagian besar areola (lingkaran berwarna gelap di sekitar puting) ke dalam mulut bayi agar banyak ASI yang keluar. ASI dibentuk di dalam kelenjar-kelenjar susu, jauh di dalam payudara, yang dibawa saluran-saluran kecil ke areola. ”Kalau hanya mengisap puting, ASI tidak banyak keluar,” kata Sri.

Foto-foto mengenai posisi dan peletakan menyusui pun diedarkan agar lebih jelas. ”Saya ingin bantu ibu-ibu dan posyandu timbang dan data bayi. Saya bisa ajari ibu-ibu cara gendong bayi,” kata Bene yang telah menjadi kader posyandu sejak dua tahun lalu.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com