Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menata Hubungan Setelah Selingkuh

Kompas.com - 28/02/2010, 06:08 WIB

Bagaimana N melihat tanggung jawab suami saat ini sebagai suami dan ayah, selain perselingkuhannya? Apakah ia bertanggung jawab dan jujur soal nafkah, bersedia berbagi peran mendidik anak? Bagaimana karakteristik pribadi N dan suami, dan bagaimana gambaran relasi yang ada? Apakah N selalu berkorban dan mengalah, sementara suami justru mempersepsi N mendominasi dan kurang menghargai? Apakah suami sungguh menyesal atau hanya di mulut saja?

Terlepas dari karakteristik pribadi pembantu, kita perlu menyadari posisi pembantu yang tidak memiliki posisi tawar dan sangat rentan: mudah mengalami eksploitasi seksual (mungkin dari majikan pria) dan jadi kambing hitam. Sudah jadi korban masih dipersalahkan (mungkin oleh majikan perempuan ataupun majikan laki-laki).

Mengapa suami sampai berhubungan dengan pembantu? Apakah merefleksikan karakteristik pribadi suami yang sangat lemah (misal: merasa diri kecil dan tak berharga karena mempersepsi istri sangat dominan), atau ketidakmampuan mengendalikan dorongan seksual dan egoisme sebagai laki-laki? (memang terobsesi mencari kesenangan seksual, mengobyekkan dan tidak menghormati perempuan, tidak peduli norma serta tanggung jawab).

Menata masa depan

Memprihatinkan bahwa kegagalan rumah tangga cukup sering dipersalahkan kepada pihak perempuan atau istri, termasuk ketika suami melakukan tindakan tidak pantas terhadap (dengan) pembantu. Tetapi kita juga perlu merefleksi, apakah memang benar orang-orang lain menyalahkan dan memusuhi ataukah itu perasaan kita sendiri yang sangat malu dengan kejadian yang dianggap aib sehingga jadi sensitif dan mudah curiga?

Mungkin teman dan tetangga mendengar kasus itu, sangat terkejut dan bingung harus bereaksi bagaimana karena takut menambah persoalan. Sementara itu kita sendiri minder dan bingung sehingga hubungan yang sebelumnya akrab berubah kaku bahkan tak berlanjut.

Setelah meneliti diri sendiri, pasangan, relasi dengan pasangan, serta semua pihak terkait (kepentingan anak dan lainnya), kita lebih mengerti dan dapat mengambil keputusan. Seyogianya kita melanjutkan hubungan karena menganggap ada cukup banyak hal baik yang masih dapat dipertahankan dan terus dikembangkan. Terlalu cepat memutuskan berpisah belum tentu merupakan solusi yang baik, tetapi mempertahankan perkawinan yang terlalu buruk juga belum tentu positif bagi kepentingan anak.

Bagaimana anak dapat belajar dengan tenang, mengembangkan rasa bangga dan aman dalam keluarga, jika relasi ayah-ibu tidak memberikan contoh pembelajaran yang baik? Keputusan harus diambil dengan kepala dingin setelah mempertimbangkan berbagai hal penting terkait, jika perlu dengan melibatkan pihak yang dianggap bijaksana dan dapat memfasilitasi kita menemukan solusi yang tepat.

Perselingkuhan menghancurkan berbagai hal indah yang pernah dibangun bersama. Semua pihak perlu bersabar dan memberi waktu bagi diri dan pasangannya untuk dapat menyatukan kembali keping-keping yang pecah. Suatu hal sulit, tetapi masih mungkin dilakukan apabila ada ketulusan dan niat baik dari semua.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com