Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PENDIDIKAN

Tak Punya Biaya, Angka Putus Sekolah di Maluku Tinggi

Kompas.com - 12/03/2010, 03:50 WIB

AMBON, KOMPAS - Berdasarkan data Organisasi Buruh Internasional Maluku, jumlah anak putus sekolah usia 7-24 tahun di Provinsi Maluku sebanyak 181.452 orang dari total sekitar 500.000 anak.

Koordinator Program Organisasi Buruh Internasional (ILO) Maluku Lucky F Lumingkewas, Kamis (11/3), mengatakan, penyebab utama banyaknya anak putus sekolah adalah orangtua mereka tak memiliki biaya. Anak terpaksa berhenti sekolah untuk bekerja membantu orangtua memenuhi kebutuhan hidup.

Di Ambon, ibu kota Provinsi Maluku, anak-anak putus sekolah banyak berkeliaran di kawasan pelabuhan di Ambon. Mereka sering mengemis di jalan-jalan utama. Sebagian dari mereka menjadi penjual koran.

”Orangtua tidak punya uang untuk saya sekolah. Kalaupun sekolah, jaraknya jauh dari rumah,” kata Karim (14), anak putus sekolah dari Kabupaten Seram Bagian Timur yang pindah ke Ambon sejak tiga bulan lalu.

Ketua DPRD Provinsi Maluku Fatani Sohilauw menilai, pembangunan sektor pendidikan oleh Pemerintah Provinsi Maluku belum merata. Pembangunan hanya terpusat di ibu kota Maluku, Ambon, sedangkan di pulau-pulau lain kurang diperhatikan.

”Masih ada sejumlah sekolah di pulau-pulau terluar di Maluku yang guru sekolahnya hanya satu. Bagaimana bisa maju,” katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Maluku Salim Kairoty membantah banyaknya anak putus sekolah karena biaya pendidikan mahal. Banyak bantuan pemerintah, seperti bantuan operasional sekolah, yang membuat biaya pendidikan tidak mahal.

Menurut dia, faktor utama anak putus sekolah karena jarak dari rumah ke sekolah terlalu jauh. ”Apalagi, Maluku terpisah- pisah oleh laut sehingga tidak sedikit anak yang harus naik perahu untuk ke sekolah. Sering hal ini membuat mereka memilih tidak sekolah,” kata Salim.

Dia menyatakan, pembangunan pendidikan secara merata di seluruh Maluku terus diupayakan. Misalnya, pembangunan pendidikan satu atap (SD dan SMP di satu gedung) dilakukan di sejumlah pulau terluar dan daerah terpencil di Maluku. ”Setiap tahun kami merekrut 1.500 guru honorer untuk ditempatkan di 11 kabupaten di Maluku sesuai dengan kebutuhan,” kata Salim.

ILO Maluku, tambah Lucky, juga berupaya membantu pemerintah mengatasi banyak anak putus sekolah, yakni dengan memberikan pendidikan kepada mereka sehingga mereka bisa memperoleh ijazah Paket B dan C. Ada pula yang dilatih oleh ILO untuk bekerja.

”Sejak tahun 2007 sampai sekarang sudah 600 anak yang kami didik. Selain itu, sebanyak 100 anak putus sekolah di Kepulauan Aru kami latih menjadi anak buah kapal dan sekarang mereka telah bekerja di perusahaan penangkapan ikan di Aru,” kata Lucky. (APA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com